Bencana dan Wabah Corona, Siapa Bisa Menangkal?


Artikel Sederhana oleh Toni Gempur

JABARBICARA.COM-- Setiap kita sekarang nyaris dihadapkan kepada situasi menerka-nerka bencana.
Di dalam keadaan rasa waswas akan bencana alam yang mengintai setiap saat, sekarang ini kita malah dihadapkan kepada ancaman epidemic virus Corona. Atas beberapa kasus menjangkitnya wabah virus Corona di Indonesia, Presiden Jokowi pun mengumumkan pernyataan awalnya pada 2 Maret 2020, ada dua orang di Indonesia yang positif terinfeksi virus Corona.

Banyak di antara kita yang bertanya-tanya, bagaimana harus kita pahami akan bencana yang datang secara beruntun dalam runtut waktu seperti berurutan?
Banjir, longsor, tanah amblas, bahkan bencana wabah penyakit pun seperti hanya tinggal nunggu nomor antrian untuk melaksanakan pentasnya.

Sebelumnya, sebelum musim penghujan sekarang datang, kekeringan karena teriknya kemarau menyebabkan masyarakat di banyak daerah sengsara karena kehilangan sumber air bersih; ribuan hektar sawah di beberapa daerah menderita gagal panen; dan banyak hutan yang terbakar dalam skala besar-besaran.

Saat itu hujan seperti tertahan sehingga terjadi kekeringan serta masa peceklik yang membuat situasi masyarakat memprihatinkan.
Pada saat seperti itu, tak urung Presiden Jokowi meminta para menteri, kepala lembaga, para gubernur untuk turun melihat langsung ke lapangan dan segera melakukan langkah-langkah antisipasi, mitigasi terhadap dampak kekeringan.

Alih-alih hujan pun turun. Sehari dua hari kita masih bisa bercengkrama dengan keindahan binar-binar butiran hujan yang berlomba jatuh ke bumi. Bumi yang dahaga ibarat mereguk habis setiap guyuran air dari langit itu.

Apa boleh dikata! Musim penghujan ternyata berjalan dengan kadar curah yang susah diukur dengan sangkaan logika. Kerapnya hujan lebat yang mengguyur bumi, malah banyak menimbulkan bencana di banyak daerah.

Terkait banyak bencana dengan sekian banyak kekhawatiran yang menjadi sorotan publik, Khalisah Khalid dari Walhi Nasional, sebagaimana disampaikan kepada Mongabay, mengatakan, unsur pemerintah seperti BNPB bahkan presiden hendaklah menyadari kalau bencana seperti banjir dan longsor ini buntut dari kerusakan lingkungan dan iklim yang krisis. Dia bilang, tak cukup berhenti cuma sadar kalau bencana terjadi karena negara salah urus dalam pembangunan yang selalu mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kesadaran itu harusnya dibarengi dengan tindakan koreksi mendasar terhadap paradigma, arah dan kebijakan ekonomi yang bisa dikatakan gagal, karena menciptakan bencana ekologis dengan kerugian yang teramat besar.

Nyatalah, semakin kini kekhawatiran, kebimbangan, malah rasa ketakutan yang teramat mendalam sering menjelma saat kita membayangkan ancaman bencana. Kian hari, bumi terasa kian mengerikan. Betapa tidak! Kesadaran akan ketidak-berdayaan manusia untuk menangkal bencana kian terasa.
Sejatinya harus ada pengakuan akan kekuasaan dan kecerdasan manusia itu ada batasnya, bahkan teramat kerdil untuk bisa mengendalikan alam pada saat-saat alam murka.

Kini (bahkan jauh-jauh hari) patut manusia sadari bahwasanya betapapun cerdasnya manusia untuk menguasai alam dengan hasrat nafsunya, pada saat tertentu alam tidak saja menjadi pembangkang, tetapi juga sanggup melawan serta menyerang manusia seakan hendak melumatkannya tanpa ampun.

Lagi-lagi, kekhawatiran yang sering menjelma menjadi kengerian itu ternyata tak hanya sebatas bencana alam. Bencana kemanusiaan lainnya yang sangat mengerikan juga seperti berniat melengkapi kewaswasan kita.
Virus Corona tiba-tiba saja mewabah. Jika kita membaca beritanya, informasi tentang Corona ini memang sangat mengerikan. Virus ini bereaksi dengan sangat cepat. Ketika terjangkiti virus ini, seseorang bisa mengalami kematian dalam waktu singkat.
Sedemikian dahsyatnya!

Dalam laporan yang dilansir AFP, diklaim berdasarkan informasi dari WHO, Jumat (6/3), jumlah korban tewas akibat virus mematikan tersebut mencapai 3.407 orang. Angka tersebut lahir dari total infeksi mencapai 100.002 kasus.

Di Indonesia sendiri, mengutip CNN Indonesia, Senin (9/3), pemerintah mengumumkan penambahan jumlah pasien positif terjangkit virus corona di Indonesia dari 6 pasien menjadi 19 pasien.
Betapa dari hari ke harinya terus bertambah.

Dikutip dari Republika.co.id, seorang Anggota Komisi I DPR RI mengkritisi sikap pemerintah Indonesia dalam menangani isu Corona. Ia menilai pemerintah cenderung lamban dalam menyususn kebijakan mengantisipasi penyebaran wabah virus corona.
Pemerintah juga belum memberikan peringatan perjalanan bagi WNI yang akan bepergian ke China. Begitu pula di bidang keimigrasian, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan apapun untuk membatasi mobilitas warga negara China ke Indonesia.
.
Banyak fakta dari sikap pemerintah yang menegaskan watak penguasa yang tidak bersungguh-sungguh mengatasi masalah dan memberi perlindungan totalitas pada masyarakat.
Secara nyata, pemerintah juga tidak mengambil tindakan maksimal untuk membebaskan rakyat dari bahaya maupun dari kekhawatiran terkena dampak penyakit, semisal dengan mengisolasi di kapal perang di lepas pantai bukan di daratan.

Menelaah fenomena Corona ini, sudah menjadi kepatutan bagi kita semua, terisrimewa bagi para penguasa agar menciptakan metode preventif sebagai antisipasi mewabahnya virus Corona lebih lebih luas lagi.
Metode ini tentu membutuhkan peran sentral seorang penguasa. Dengan mengambil langkah cepat dengan mendatangkan para ahli kesehataan untuk melakukan berbagai tindakan pengobatan untuk para korban. Secara cepat melakukan langkah antisipatif agar daerah dan penduduk lain tidak terkena dampaknya.

Penguasa harus hadir di tengah masyarakat dengan memberikan perlindungan maksimal dan totalitas. Serta bertanggungjawab penuh atas berbagai persoalan yang menimpa rakyatnya. Demikianlah sosok pemimpin yang memiliki ketaatan atas amanah yang diembannya.
Jika tuntasnya fenomena bencana alam dan bencana non-alam hanya ditunggu dengan berjalannya waktu belaka, tanpa kita berikhtiar secara maksimal, sangat dikhawatirkan bencana tersebut malah kian merajalela karena sikap pembiaran kita.

Beriktiar maksimal yang teriring kekhusuan do'a kebaikan bagi negara dan umat diharapkan dapat memperkuat benteng pertahanan menangkal segala bencana.
Wallahu‘alam.

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.