Biden dan Fakta Dibalik Upaya Gencatan Senjata Israel-Hamas


Oleh : Ummu Syam (Aktivis Muslimah Cibarusah)

Sudah menjadi agenda tahunan jika Israel melalui tentara Zionis nya selalu berulah di bulan Ramadhan. 'Taste the water', menguji keimanan kaum muslimin Palestina di tengah kondisi sedang berpuasa.

Sejak konflik pecah di bulan April lalu, banyak kecaman yang dilayangkan oleh para penguasa di berbagai negara, tak terkecuali Amerika Serikat.

Konflik Israel-Palestina kali ini, menjadi momen pembuktian janji-janji Biden pada saat pemilu tahun 2020 silam. Di mana Biden memastikan bahwa Palestina dan Israel akan menikmati tindakan yang sama untuk kebebasan, keamanan, kemakmuran dan demokrasi.

Mencabut upaya aneksasi dan perluasan pemukiman di Palestina, memulihkan bantuan ekonomi dan kemanusiaan kepada rakyat Palestina, mengatasi krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza, membuka kembali konsulat Amerika Serikat di Yerusalem Timur dan bekerja untuk membuka kembali misi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington. (Sindonews.com 5/11/2020. Dikutip 23/5/2021)

Dan Biden pun berupaya untuk 'memenuhi' janji-janjinya. Mengikuti jejak Macron yang menghubungi al-Sisi untuk memediasi agar Israel dan Hamas melakukan gencatan senjata. Biden pun menghubungi sekutunya PM Benyamin Netanyahu dan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas agar Israel-Hamas segera melakukan gencatan senjata. Hal ini dilakukan agar konflik diakhiri dan masyarakat sipil yang tidak bersalah terlindungi.

Akhirnya, setelah 11 hari konflik yang memakan korban 232 masyarakat sipil Palestina dan 12 warga Israel. Israel setuju untuk melakukan gencatan senjata. Pertanyaannya, setelah apa yang diupayakan oleh Joe Biden, apakah ini artinya Biden mendukung untuk kebebasan Palestina seperti yang diutarakannya pada saat pemilu?

Fakta-fakta dibalik gencatan senjata pun terkuak.

Pertama, di tengah konflik yang sedang memanas rupanya Kongres AS tak keberatan untuk memberikan 'restu' penjualan senjata kepada Israel senilai USD 735 juta atau setara dengan Rp.10,5 Triliun.

Yang artinya, memberikan izin penjualan senjata sama saja dengan memberikan izin genosida di Palestina terus berlanjut. Tangan Joe Biden dan jajaran stafnya berlumuran darah para syuhada.

Kedua, Biden mengancam PM Benyamin Netanyahu jika Israel tidak menyetujui gencatan senjata maka Israel akan kehilangan dukungan dari Amerika Serikat.

Artinya, Biden tidak akan sungkan untuk melindungi dan mendukung apa saja yang dilakukan oleh Israel bahkan meloloskan Israel dari sanksi internasional.

Ketiga, kejutan lain setelah gencatan senjata tercapai pada Kamis (20/05/2021) lalu, Biden mengatakan akan mendukung Israel memperkuat pertahanan udara Iron Dome.

Iron Dome (kubah besi) adalah sebuah sistem pertahanan penangkal serangan udara milik Israel. Berfungsi untuk melacak dan mencegah roket yang datang ke Israel sebelum jatuh ke tanah.

Produk Israel ini dikembangkan Rafael Advance Defense Systems dan Israel Aerospace Industries, serta disokong bantuan teknis dan biaya oleh Amerika Serikat.

Namun, sehebat apapun pertahanan udara tetap tidak ada yang sempurna. Pada saat konflik kemarin, Hamas melancarkan 3000 roket untuk melemahkan sistem pertahanan udara Iron Dome.

Dengan mendukung Israel memperkuat pertahanan udara Iron Dome, Biden sama saja dengan mendukung untuk memperkuat pertahanan Israel, mewujudkan Zionisme yang digagas oleh Israel atas Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya.

Inilah wajah lama Amerika Serikat, senantiasa tidak akan pernah berubah. Janji-janji Biden pada pemilu hanyalah angan-angan, racun yang dibungkus dengan manisnya janji kemerdekaan bagi Palestina. Dan sejatinya, umat Islam khususnya umat Islam di Amerika Serikat yang mendukung Biden pada Pemilu Presiden tahun 2020 lalu telah tertipu olehnya.

Allah SWT. berfirman:
"Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik." (TQS. 5 : 82)

Seharusnya umat Islam senantiasa berpegang teguh pada firman Allah SWT. tersebut. Bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik akan senantiasa memerangi umat Islam sampai hari kiamat. Mereka telah melanjutkan Perang Salib yang digagas oleh kaum musyrikin Romawi. Maka, sudah sepatutnya umat Islam tidak boleh lengah dan tidak boleh tertipu dengan makar yang mereka buat.

Bagaimana cara agar umat Islam tidak tertipu dengan makar orang-orang kafir? Yaitu dengan mengkaji Islam kaaffah sehingga pemikiran politis umat Islam terbentuk, yang kemudian umat Islam bangkit dengan pemikiran politis itu. Bangkit untuk berjuang menegakkan Diin-Nya di muka bumi ini melalui tegaknya institusi pelindung umat, yakni Khilafah.

Kini, sudah saatnya umat terbaik ini bangun dari tidur panjangnya. Wallahu a'lam bish-shawab.

(Isi artikel diluar tanggungjawab redaksi jabarbicara.com)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.