Dampak PPKM, Pengusaha Batik Garutan Keluhkan Omzetnya Anjlok 70 Persen


GARUT, JABARBICARA.COM-- Pandemi Covid-19 bukan hanya telah meluluh lantakan perekonomian di sektor jasa tetapi juga sangat berdampak juga kepada para pelaku industri pengrajin batik Garutan yang merupakan bagian dari produk kearifan lokal Garut.

"Penurunnya cukup drastis antara 60 hingga 70 persen. Bahkan tidak sedikit yang terancam gulung tikar akibat tersendatnya aspek pemasaran selama beberapa bulan di masa pandemi Covid -19 ini terutama saat pemberlakukan PPKM,"ujar pemilik usaha batik Garutan SHD Agus Sugiarto saat ditemui di galeri, jalan Pembangunan Garut, Rabu (04/08/2021).

Menurut Agus, bukan hanya di Garut saja, tetapi juga industri batik di berbagai daerah di Indonesia mengalami nasib serupa.

"Selama PSBB dan PPKM  dimasa pandemi Covid diberlakukan di kota besar sebagian wilayah di Indonesia, menjadi penyebab utama terpuruknya usaha batik," jelasnya.

Sementara solusi yang ditawarkan oleh pemerintah agar sektor usaha mikro UMKM tetap survive dengan melakukan pemasaran sistem digitalisasi online,  dinilai Agus tidak begitu efektif untuk usaha batik.

"Batik itu banyak corak dan ragamnya sehingga jika dipasaran melalui online tidak begitu efektif karena kami lebih mengedepankan selera dan  kepuasan pelanggan. Sehingga penjualan secara konvensional  dinilai lebih baik tanpa harus mengindahkan protokol kesehatan di masa pandemi.

Agus berpesan kepada pelaku usaha batik di Indonesia umumnya, di Garut khususnya, untuk bisa mempertahankan produk kearifan lokal tersebut bagaimanapun caranya.

"Kami berharap usaha batik ini jangan sampai gulung tikar sehingga diperlukan kegigihan dan optimis agar tetap bisa mempertahankan usaha di dunia batik di masa pandemi Covid -19," pungkasnya. (rri.co.id/Red.Jabi)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.