Dunia Ibarat Sebuah Kapal


JABARBICARA.COM-- Selepas bersandar. Penumpang kapal satu persatu mulai keluar dan turun di hamparan pulau. Ada yang segera kembali naik kapal setelah menyelesaikan keperluannya. Sehingga ia memperoleh tempat kosong, longgar dan menyenangkan di atas kapal.

Ada pula yang tergoda untuk mengagumi keindahan taman, kebun dan bunga-bunga. Menikmati kicauan burung-burung juga tatanan batu-batu di sana. Akan tetapi ia langsung saja lekas kembali naik, setelah ia tersadar bahwa di pulau itu hanya sebentar. Ia ingat pesan sang nahkoda untuk segera berkumpul. Benar saja! Kapal itu masih di tempatnya, belum bergerak. Tetapi, tidak ada lagi tempat lapang yang bisa menampungnya. Hanya area sempit kapal yang telah menunggunya.

Ada pula hampir sama dengan penumpang diatas penumpang ini juga sempat tertahan oleh keindahan bunga hingga ia memetik dan membawanya. Batu-batu yang dianggap berharga ikut disertakan olehnya. Kayu, kerang atau apapun yang membuatnya terkagum-kagum berusaha ia panggul naik ke kapal. Ternyata ia terlalu memaksa. Lalu apa yang terjadi?

Ternyata setelah di dalam kapal tidak ada lagi tempat untuknya. Barang-barang yang ia bawa, melebihi keperluan pokoknya harus terus ia gendong, panggul dan diangkat di atas pundaknya. Hendak dibuang, sudah tidak ada lagi kesempatan. Betul-betul terjepit di sudut sempit. Tidak ada juga penumpang lain yang ikut meringankan bebannya. Ia menyesal! Bahkan bunga-bunga telah berubah wangi menjadi busuk yang menyiksa penciumannya. Ia menyesal!

Setelah kapal menarik sauh. Dari pulau tersebut, kapal terus bergerak menjauh.
Ternyata sejumlah penumpang ada yang tertinggal di sana. Sebab ia terlalu lama bersenang-senang dan ia sangat jauh pergi meninggalkan lokasi kapal. Ia tergoda dengan isi pulau sampai lupa dengan tujuan pertama. Bukankah kapal itu hanya bersandar singgah? Bukankah kapal itu akan melanjutkan pelayaran?

Ia terbuai dalam keasyikannya. Ia tergoda untuk mencicip buah-buahan. Ia disibukkan dengan menghirup wanginya bunga-bunga. Ia menghabiskan waktu untuk mengagumi keindahan pepohonan. Itupun ia mesti waspada dari ancaman binatang buas yang sewaktu-waktu mengganggu. Ia selalu berhati-hati bila ada onak duri yang bisa melukai tubuh. Ia Ingin terus menikmati keindahan pulau walaupun ia dikejar-kejar olah bayang-bayang ketakutan. Tidak pernah dalam ketenangan!

Saat teringat setelah terombang-ambing dalam ketakutan, ia kembali berjalan menuju dermaga keberangkatan. Di mana kapalku? Di mana kapalku? Di mana kapalku? Ia berteriak. Bingung, tenggorokan tercekat. Takut. Sampai akhirnya ia mati dalam kepayahan di tepi pantai.

Ada lagi kawannya yang tak bisa kembali ke tepi pantai, sebab telah tewas di terkam binatang buas. Ada yang hilang karena terperosok dalam jurang. Ada yang mati oleh bisa ular yang mematuknya. Ada yang kehilangan nyawa karena bingung arah, tak tahu hendak ke mana. Sangat memilukan!

Sungguh Inilah hakekat kehidupan dunia saudaraku !!

Maka Ingat-ingatlah selalu, Waktu kita di dunia ini hanya sebentar. Tidak ada yang bisa memastikan berapa lama ia hidup di dunia. Kapan saatnya melanjutkan perjalanan menuju akhirat dengan berpindah ke alam barzakh, tidak ada yang tahu. Jangan menjadi penumpang yang akhirnya menyesal karena tertinggal kapal!

Carilah bekal secukupnya dan seperlunya. Apa saja yang kita perlukan sebagai bekal dalam perjalanan menuju akhirat? Teman kita di dalam kubur? Sebab penyelamat di padang Mahsyar? Hanya ibadah dan amalan shalih yang mengiringi setiap tahapan menuju surga. Tanpa bekal ibadah, akan sengsara hidup kita. Akan sempit kubur kita. Akan menderita kita di padang Mahsyar.

Sebab itu jangan berlebihan mengejar dunia! Ambisi untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, harus dihapus. Pangkat dan jabatan tidak ada gunanya untuk dikejar, apalagi harus menggunakan cara-cara kotor. Semua itu hanya akan memberatkan saja! Ingat penumpang yang menyesal karena membawa naik barang tidak berguna?

Allah berfirman ;

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَاب

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. [Q.S. Al Baqarah:197]

Merenunglah sejenak saudaraku, perhatikan baik-baik Allah memanggil mereka yang berakal. Maka hanya orang berakal yang dapat memahami dengan baik akan hakekat dunia dan kehidupannya. Hanya orang yang berakal yang mampu mencerna bahasa kapal, penumpang, pulau dan perjalanan berikutnya.

Ibnul Qayyim mengatakan,
Kapal, pulau, penumpang dan yang terkait, disebut oleh beliau sebagai permisalan tentang manusia yang hidup di dunia. Mereka sibuk, tenggelam dan terbawa arus kepentingan yang bersifat sesaat sehingga membuat lupa akan tujuan akhirnya.

Betapa piciknya, seorang hamba yang tertipu dengan materi kebendaan. Batu, pohon atau apapun itu. Padahal semua akan hancur, binasa dan tak berbekas. Mestinya surga menjadi cita-cita kita. Tekad dan puncak perlombaan kita. Ayo kumpulkan bekal secukupnya dan teruskan berlayar dengan mencari tempat lapang di atas kapal!

Baarakallahu fiikum

Sumber: Habibie Quotes, 20/02/2020
Referensi : Uddat as-Sabirin, Ibnu al-Qayyim.
Ig - www.instagram.com/habibiequotes_
Tg - https://t.me/habibiequotes

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.