GBSRI Peduli Kelestarian Satwa Harimau Sumatra.


JABARBICARA.COM-- Saat ini, terdapat 13 negara di dunia yang menjadi habitat harimau, termasuk Indonesia dengan enam Lanskap Konservasi Harimau prioritas, yakni wilayah yang dilindungi untuk melestarikan harimau, di Sumatera: Ulumasen-Leuser, Kampar-Kerumutan, Bukit Tigapuluh, Kerinci Seblat, Bukit Balai Rejang Selatan, dan Bukit Barisan Selatan. Selain harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Indonesia pernah menjadi rumah bagi harimau Bali dan Jawa, tetapi dua jenis harimau tersebut telah punah pada tahun 1960-an akibat aktivitas perburuan yang merajalela.

Penelitian yang dilakukan oleh Smithsonian Institute pada tahun 2010 memperkirakan bahwa tidak lebih dari 400 harimau tersisa di Sumatera. Dengan hanya sedikit harimau tersisa di Sumatera, Lanskap Konservasi Harimau memainkan peran yang amat penting.

Harimau tidak hanya merupakan megafauna yang karismatik, tetapi juga merupakan ‘spesies payung.’ Sebagai predator yang berada di puncak rantai makanan, harimau menjaga keseimbangan jumlah herbivor dan tumbuh-tumbuhan yang menjadi santapan para herbivor. Maka, dengan melindungi dan melestarikan harimau, kita juga membantu menjaga keanekaragaman hayati dan seluruh proses ekologis di dalam habitatnya.

Harimau juga merupakan satwa penyendiri, sehingga harimau membutuhkan wilayah yang luas untuk dapat bertahan hidup. Sayangnya, hilangnya habitat dan perburuan telah menurunkan jumlah populasi harimau secara signifikan. Menurut World Wildlife Fund, dunia telah kehilangan 97 persen harimau liar hanya dalam kurun waktu satu abad. Saat ini, jumlah harimau liar yang tersisa diperkirakan kurang dari 3,500 ekor.

Sebuah penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Minnesota, RESOLVE, Universitas Stanford, Smithsonian, Universitas Maryland, dan World Resources Institute (WRI) menunjukkan bahwa harimau dapat diselamatkan dari ambang kepunahan selama lanskap yang tersisa dipantau dan dilindungi secara efektif. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kurang dari 8 persen dari total 76 Lanskap Konservasi Harimau (mencakup wilayah seluas hampir 79,600 km2) hilang antara 2001-2014.

Kehilangan ini lebih rendah dari yang diantisipasi, mengingat habitat harimau yang secara umum tersebar di wilayah perekonomian yang berkembang dengan cepat. Berita menggembirakan lainnya adalah bahwa koridor Khata di Lanskap Terai Arc di Nepal, yang menghubungkan Taman Nasional Bardia di Nepal dan Cagar Alam Harimau Katerniaghat di India, mengalami peningkatan tutupan pohon sebesar 2.7 persen dari luas total wilayahnya dalam 14 tahun terakhir, yang kemungkinan telah berdampak pada munculnya 32 harimau antara 2009 dan 2013 di Bardia.

Nepal dan India secara umum juga mengalami peningkatan populasi harimau sebesar 61 dan 31 persen pada 2001-2014 berkat program kehutanan berbasis masyarakat dan upaya anti perburuan. (data dari https://wri-indonesia.org/)

GBSRI dengan segenap Perupa Nusantara menyelenggarakan gerakan keprihatinan atas kelestarian Harimau Sumatera, dengan Pameran Art For Maunk yang akan diselenggarakan pada tanggal tanggal 1 Juli – 30 Juli 2020 sekaligus Peringatan Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day (GTD) setiap 29 Juli layak dijadikan momentum untuk memperjuangkan penyelamatan Harimau Sumatera.

Gagasan Pameran Peduli Harimau ini bertajuk Art For Maunk diharapkan kita tidak terlalu terlena dengan pandemi covid-19, masih banyak yang harus kita perhatikan saat ini selain menghadapi keadaan virus corona yang melanda dunia.

Mudah-mudahan dengan gerakan ini penyadaran masyarakat bisa terbangun untuk saling mengingatkan dalam upaya pelestarian Harimau, Pemerintah lebih Fokus untuk menjaga habitat dari Harimau ini.

Beberapa hal penting mengenai Pameran ini adalah :
• Peserta adalah Seniman, Pelajar, Mahasiswa dan Umum dari berbagai Wilayah Indonesia Karya Berupa 2D (Lukisan, Batik dll ) dan 3D (Patung, dll)
• Karya Layak Pameran dan Layak Jual
• Media dan Teknik Bebas
• Ukuran Karya 2 D : Ukuran Karya Minimal 70 x 70 cm - Max 2 x 2 m Karya 3 D : Min 50 cm - Max 2 m
• Karya yang Lolos Kurasi akan diumumkan pada : Tanggal 25 - 30 Juni 2020

Kita tidak dapat lagi membiarkan punahnya harimau Sumatera. Banyak riset menemukan bahwa kehilangan habitat, perburuan terhadap mangsa harimau, dan perburuan harimau adalah tiga ancaman utama terhadap populasi harimau di Sumatera. Analisis kami menyoroti ancaman dari perkebunan kelapa sawit dan HTI terhadap Lanskap.

Konservasi Harimau di Indonesia, yang sebagian besar telah ditetapkan sebagai taman nasional atau suaka margasatwa. Oleh karena itu, penetapan habitat harimau menjadi kawasan konservasi saja tidaklah cukup. Dibutuhkan upaya kolaboratif untuk memastikan bahwa habitat spesies ikonis ini dapat tetap dilindungi dan dilestarikan.

Mari bergerak demi Alam kita dengan kemampuan kita sebagai Perupa Nusantara
Informasi : https://gbsri.com/pameran-online/
Formulir Pendaftaran : https://gbsri.com/formulir/art-for-maunk/ (Lz/Jb)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.