Generasi Rawan Masalah, Kembalikan Pada Syari'ah


Oleh: N. Vera Khairunnisa

Pemuda merupakan generasi penerus bangsa, di pundaknyalah bertumpu masa depan bangsa. Wajar jika banyak pihak menaruh harapan pada para pemuda untuk melakukan perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik. 

Seperti program Gen Aktif yang dibuat oleh salah satu lembaga croudfounding di Indonesia. Program ini berupaya untuk menginspirasi dan mengedukasi para remaja dalam meningkatkan kualitas dan potensi diri dengan membangun gaya hidup yang sehat dan kreatif, (mediaindonesia.com, 11/07/22)

Program ini dilatarbelakangi oleh masalah kerawanan sosial yang rentan terjadi seperti tingginya tingkat prevalensi merokok, penyalahgunaan narkoba, seks bebas dan tingkat stress yang tinggi. Hal itu terungkap pada Aktif 2022 dengan tema

"Benihbaik Dukung Generasi Muda Jawa Barat Menjadi Generasi Sehat dan Kreatif (Gen Aktif)" di Aula Timur Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu 5 Oktober 2022.

Ketua Tim Penggerak PKK Jabar Atalia Praratya mendorong partisipasi orangtua di Jawa Barat mendukung dan mengambil manfaat dari program ini.

“Keluarga, khususnya orangtua, perlu menjadi contoh baik dalam menciptakan lingkungan pertumbuhan yang positif untuk membangun karakter, kreativitas, dan prestasi remaja,” katanya. (pikiran-rakyat.com, 06/10/22)

Tidak dipungkiri, fakta remaja atau pemuda hari ini memang sangat mengkhawatirkan. Permasalahan demi permasalahan yang berkaitan dengan mereka senantiasa muncul silih berganti. Putus sekolah, tawuran, perundungan, narkoba, seks bebas, dan berbagai permasalahan lainnya.

Akankah program Gen Aktif menjadi solusi untuk masalah para pemuda hari ini? Cukupkah keluarga untuk menciptakan lingkungan yang positif?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita menelusuri apa yang menjadi penyebab rusaknya remaja hari ini. Padahal, negara menyediakan fasilitas pendidikan mulai dari tingkat dasar, hingga perguruan tinggi. Namun nyatanya, banyak kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang juga duduk di bangku sekolah. Sungguh miris!

Ini menjadi indikasi kegagalan sistem hari ini dalam mencetak generasi yang baik. Sekulerisme, paham yang memisahkan agama dari kehidupan, sangat mengagungkan kebebasan (berakidah, kepemilikan, berpendapat, dan bertingkah laku), dan menjadikan manfaat sebagai tolok ukur. Wajar jika akhirnya lahir generasi yang jauh dari nilai-nilai Islam, hidup serba bebas tanpa aturan yang jelas. 

Memperbaiki pemuda hanya dengan mengandalkan program sebuah lembaga atau menyerahkan pada lingkungan keluarga saja tentu tidak cukup. Terlebih, di tengah ketahanan keluarga hari ini yang juga rapuh.

Bagaimana para pemuda akan dididik di sebuah keluarga yang sibuk bekerja karena tuntutan hidup yang semakin sulit? Bagaimana para pemuda akan dididik di sebuah keluarga yang senantiasa diwarnai dengan pertengkaran dan KDRT? Bagaimana para pemuda akan dididik di sebuah keluarga yang pincang, karena orang tua yang sudah bercerai?

Ketika pun ada sebuah keluarga tangguh yang mampu mendidik anak-anak mereka di tengah kerusakan yang ada, mereka tetap was-was. Sebab, untuk melahirkan generasi yang baik, tidak cukup hanya dengan lingkungan keluarga yang baik.

Di rumah, mereka diberikan berbagai arahan dan bimbingan. Dibiasakan untuk terikat dengan aturan. Namun di luar rumah, ragam gaya hidup yang menuhankan kebebasan senantiasa berseliweran, tentu berpotensi memberikan pengaruh di dalam kehidupan remaja.

Memperbaiki generasi, butuh suport sistem. Sebuah sistem yang mampu menciptakan lingkungan positif, baik di keluarga, masyarakat, dan negara. Lingkungan yang seperti ini tidak mungkin lahir dari sistem yang mengagungkan kebebasan sebagaimana sistem yang diterapkan hari ini.

Lalu, sistem seperti apakah yang mampu memperbaiki generasi?

Tentu sistem yang diciptakan oleh Zat yang menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan. Sebab, Dia lah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Itulah sistem Islam.

Sistem ini telah terbukti mampu melahirkan generasi terbaik pada masanya, ketika Islam dijadikan sebagai way of life dalam seluruh aspek. Sistem ini mampu merubah masyarakat Arab jahiliyan yang penuh dengan kedzaliman, konflik antar suku, menjadi masyarakat yang dilingkupi keadilan dan persatuan.

Hal ini karena Islam mengkondisikan tiga lingkungan supaya bisa saling bersinergi untuk membentuk pemuda terbaik. Tiga lingkungan tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, lingkungan keluarga. Islam menekankan para orangtua agar mendidik anak-anak mereka dengan menanamkan akidah dan membiasakan anak-anak agar terikat dengan hukum syara' sejak dini.

Tanggung jawab pertama dan utama dalam hal mendidik ini dibebankan pada para orang tua, hal ini sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (TQS. Qt Tahrim: 06)

Juga dalam sebuah hadits yang artinya: “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi, nasrani, dan majusi” (H.R. Muslim).

Kedua, lingkungan masyarakat. Islam memandang bahwa sesama muslim itu bersaudara. Rasulullah SAW. membuat banyak perumpamaan hubungan antar sesama muslim. Di anataranya dikatakan bahwa antar muslim yang satu dengan muslim lainnya bagaikan satu tubuh.

Di antara kewajiban antara sesama muslim adalah saling menasehati dalam kebenaran dan takwa. Islam juga mewajibkan dakwah, sebagai sebuah bentuk penjagaan antar sesama muslim, agar selamat di dunia maupun di akhirat. Hal inilah yang akan menjauhkan setiap muslim dari melakukan keburukan atau kemaksiatan.

Allah SWT berfirman yang artinya, “Demi masa, sesungguhnya seluruh manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman, dan beramal shalih, dan saling menasihati dalam kebenaran, dan (saling menasihati) dalam kesabaran.” (Al Ashr: 1-3)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman yang artinya, : "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang beruntung" (QS Ali Imran: 104).

Ketiga, lingkungan negara. Islam menjadikan kekuasaan sebagai sebuah metode terlaksananya hukum-hukum syara'. Negara memiliki kewenangan untuk mengkondisikan masyarakat agar senantiasa terikat dengan aturan Islam. Hal ini dilakukan dengan upaya preventif dan kuratif.

Upaya preventif yaitu dengan menjalankan sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam. Sebuah sistem yang mampu melahirkan pribadi unggul, yang memiliki pola pikir dan pola sikap islami.

Upaya kuratif yaitu dengan menjalankan sistem sanksi dalam Islam. Memberikan hukuman kepada siapa saja yang tidak sesuai dengan aturan Islam. Karena yang menjadi aturan negara, semua bersumber dari ajaran Islam.

Demikianlah mekanisme Islam yang terbukti mampu melahirkan generasi unggul. Semoga Islam bisa kembali mewarnai kehidupan, agar generasi kita selamat. Wallahua'lam

Isi Artikel diluar tanggungjawab Redaksi jabarbicara.com


0 Komentar :

    Belum ada komentar.