Hari Santri, Peringatan Para Pejuang Peradaban


Oleh: Erna Marlina, Ibu Rumah Tangga, Ciparay-Kab. Bandung.

Dalam peringatan hari santri 2022 di Jakarta, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan Hari Santri merupakan hadiah dari negara bagi para ulama yang telah berjuang untuk kemerdekaan, sehingga tugas santri hari ini adalah menjaga Negara Kesatuan Negara Indonesia dari segala ancaman. "Siapa pun yang mau mengganggu kemerdekaan yang dulu dimerdekakan oleh para kiai dan santri, santri saat ini wajib di garda terdepan untuk melawan segala bentuk ancaman dan gangguan," ujar Menag Yaqut. (Liputan6.com).

Sejarah Hari Santri berawal dari fatwa ‘Resolusi Jihad’ yang disampaikan oleh KH. Hasyim Asy’ari. Pada 22 Oktober 1945, beliau memimpin perumusan fatwa ‘Resolusi Jihad’ di kalangan kiai pesantren. Fatwa itu berisi kewajiban berjihad untuk mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dengan melawan kelompok pasukan penjajah yang masih ada di tanah air.

Bila mengutip penjelasan ulama Aswaja K.H. Hafidz Abdurrahman, memang betul bahwa hari santri menandakan perlawanan santri terhadap penjajahan. Tetapi bukan hanya di Indonesia saja. Beliau menegaskan bahwa bukan hanya sejarah di Indonesia saja tetapi sejarah umat Islam di dunia. Sejarah mencatat apa yang pernah dialami umat Islam ketika agresi militer bangsa Tartar yang brutal dan biadab terhadap Baghdad yang saat itu menjadi ibukota khilafah Abbasiyah. Tentara Tartar telah mengubah warna sungai Dajlah menjadi merah karena darah kaum muslim yang mereka bantai. Air pun berubah warna menjadi hitam karena tinta kitab-kitab para ulama yang dibuang ke laut dan sungai. Tetapi umat Islam di Baghdad mampu bangkit kembali.

Berdasarkan sejarah, umat Islam telah melalui banyak ujian penderitaan, namun dengan jasa ulama dan santrinya mereka bisa bangkit kembali.

Santri sebagai karakter pejuang yang selalu bangkit kuat melewati setiap perjuangan dan penderitaan diharapkan menjadi semangat kebangkitan umat Islam. Oleh karena itu, agar sejalan dengan harapan menteri agama supaya santri menjadi garda terdepan untuk melawan segala bentuk gangguan pada negeri, maka seharusnya yang menjadi agenda santri saat ini adalah mengusir segala bentuk penjajahan dengan semangat jihad. Tapi faktanya peringatan hari santri selalu bertentangan dengan karakter santri itu sendiri. Tidak hanya itu bahkan santri sekarang dikebiri dalam pengamalan ajaran Islam. Mereka dibatasi dan dibiarkan diam pada kondisi negeri yang masih terjajah padahal penjajahan gaya baru tengah mencengkeram erat negeri ini, dimana setiap kebijakan yang dikeluarkan penguasa hanya menguntungkan para kapitalis dan tentu saja menyengsarakan umat. Negara juga membiarkan perilaku amoral menimpa generasi muda saat ini termasuk santri.

Inilah hasil dari penerapan sistem kapitalis sekuler, negara tidak mampu melihat potensi besar yang dimiliki para santri sebagai sumber daya manusia yang kuat dan unggul yang mempunyai semangat kuat untuk berdakwah dan berjihad. Padahal jika peran santri ini dikembangkan, sungguh besar potensi santri untuk membangkitkan umat.

Tetapi, karakter santri ini hanya akan muncul manakala santri dibina dalam ideologi Islam yang darinya lahir sistem hidup yang benar. Islam akan mampu menjadi tuntutan yang bisa mengarahkan umat untuk maju dan membangun peradaban cemerlang dan mulia, yang hanya akan terwujud dalam sistem pemerintahan Islam. 

Wallahu a'lam bish shawab.

Isi Artikel diluar tanggungjawab Redaksi jabarbicara.com


0 Komentar :

    Belum ada komentar.