Inilah, Respons Ahli soal Studi Eucalyptus Jadi Obat Antivirus Corona


JABARBICARA.COM-- Tanaman eucalyptus belakangan mengemuka sebagai salah satu bahan yang diuji coba untuk obat antivirus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Namun ilmuwan menilai jalan pengembangan ini masih perlu penelitian lebih lanjut.

Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Berry Juliandi mengatakan, kemungkinan besar eucalyptus memang mampu menghancurkan virus. Termasuk jika berinteraksi langsung dengan virus corona jenis baru SARS-CoV-2, seperti dilansir cnnindonesia.com.

Sebab ia menjelaskan, hampir seluruh bahan kimia atau bahan aktif di pelbagai makhluk hidup yang mengandung penghancur protein, lipid atau RNA sebetulnya mampu mendegradasi virus corona pada dosis tertentu. Hanya saja tetap perlu uji lanjutan.

"Tapi, apakah eucalyptus akan mampu mendegradasi virus SARS-CoV-2 yang sudah masuk ke dalam sel atau yang sudah menginfeksi sel, sehingga dapat menjadi Covid-19? Ini yang belum dilakukan penelitiannya," kata Berry kepada CNNIndonesia.com, Senin (11/05/2020).

"Tampaknya data ini belum ada dan perlu penelitian lebih lanjut dan cermat sehingga belum tepat sebenarnya kalau dikatakan eucalyptus bisa sebagai obat Covid-19," lanjut dia lagi.

Ahli biologi Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menambahkan, untuk menetapkan eucalyptus sebagai obat Covid-19 perlu terlebih dulu uji praklinis terhadap hewan hingga uji klinis pada manusia. Ia memperkirakan kurun waktu pengujian hampir sama dengan saat menguji dan menemukan vaksin.

Kecepatan proses temuan ini juga bergantung pada kesigapan dan strategi para peneliti.

"Bisa beberapa tahun, tergantung kesigapan penelitinya," tutur Berry.

"Lama atau tidaknya tergantung kesigapan dan strategi peneliti. Beberapa negara melakukan juga perubahan regulasi untuk mempercepat uji praklinis dan klinis terkait Covid-19 agar bisa cepat," terang dia.

Sebelumnya pemerintah tengah mengembangkan rangkaian produk berbahan dasar eucalyptus yang diklaim mampu mengatasi virus corona jenis baru. Kementerian Pertanian tengah membuat beberapa prototipe eucalyptus dengan nano teknologi dalam bentuk inhaler, roll on, salep, balsem dan diffuser.

Merespons gagasan tersebut, peneliti muda Berry Juliandi belum bisa memastikan apakah pelbagai produk berbahan eucalyptus itu kelak mampu menangkal virus corona penyebab Covid-19.

"Justru ini yang perlu diteliti lebih lanjut. Selama belum ada datanya maka kita tidak boleh berasumsi,"pungkas Berry.

Dikutip dari Medical News Today, eucalyptus diketahui memiliki beberapa khasiat untuk kesehatan. Tanaman ini digunakan sebagai bahan dalam banyak produk yang mampu mengurangi gejala batuk, pilek, juga menjadi bahan dalam krim atau salep untuk penghilang rasa sakit otot serta sendi.

Sementara minyak yang berasal dari eucalyptus bisa digunakan sebagai antiseptik, parfum, bahan dalam kosmetik, penyedap hingga pelarut dalam industri. Gaya pengobatan Cina, India Ayurvedic, Yunani, dan Eropa pun telah memasukkan perawatan ini sejak ribuan tahun silam'.

Daunnya yang disuling untuk diekstrak menjadi minyak merupakan cairan tak berwarna namun beraroma kuat yang mengandung 1,8-cineole atau dikenal dengan eucalyptol.

Daun eucalyptus juga mengandung flavonoid--antioksidan nabati--dan tanin yang berfungsi mengurangi peradangan.

Ada sejumlah potensi manfaat eucalyptus atau dikenal dengan kayu putih untuk kesehatan. Kendati belum semuanya dikonfirmasi melalui penelitian. Salah satunya misalnya, memiliki sifat antimikroba.

Sebuah studi yang diterbitkan Cllinical Microbiology and Infection menunjukkan bahwa eucalyptus memiliki efek antibakteri pada bakteri patogen di saluran pernapasan bagian atas. Termasuk, Haemophilus influenzae atau bakteri yang jadi sumber berbagai infeksi. (**/Ik)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.