Irvan Dedy, Juara Nasional Olympiade Matematika dan Penerima Satyalencana Pendidikan 2019


Bogor. JABARBICARA.COM--- Puncak peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2019 yang berlangsung di Stadion Wibawa Mukti, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (30/11/2019), menjadi bukti bahwa pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia (RI) sangat menghargai jasa para guru yang mempunyai prestasi dan dedikasi dalam dunia pendidikan.

Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan merupakan penghargaan tertinggi dalam bidang pendidikan yang diberikan oleh Presiden RI kepada para guru yang telah diseleksi dengan ketat hampir 7 bulan lamanya.

Tentunya penghargaan tersebut diberikan setelah melalui proses yang amat panjang dengan melibatkan Kemendikbud, Sekretariat Militer Presiden, dan berbagai lembaga negara yang mampu membuktikan bahwa para guru tersebut memang layak diberikan penghargaan oleh negara.

Pada tahun 2019 ini, Satyalancana Pendidikan diberikan kepada 42 guru dari berbagai jenjang pendidikan dan 9 diantaranya diberikan kepada guru Pendidikan Menengah (Dikmen) dan Pendidikan Khusus (Diksus).

Salah satu guru yang menerima Satyalancana Pendidikan, yakni Guru Matematika SMA Dwiwarna Boarding School Kabupaten Bogor, Irvan Dedy, S.Pd,. M.Pd.

Dikonfirmasi jabarbicara.com, Sabtu (21/12/2019), Irvan mengatakan sudah bukan saatnya lagi para guru terlena dengan kata "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" yang selalu dinyanyikan setiap hari guru ataupun wisuda kelulusan, sehingga seakan akan apa yang dilakukan guru akan terhapus begitu saja setelah peserta didik lulus dari sekolah.

Menurutnya, guru harus mampu menorehkan kenangan di setiap hati dan pikir peserta didik bahwa mereka menjadi sukses karena jasa guru guru mereka.

"Ini bukan berarti guru bekerja dengan pamrih, tapi kondisi ini harus diciptakan agar guru menjadi termotivasi dalam mendidik peserta didik untuk bisa berprestasi," ucapnya.

Pikiran "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" lanjut Irvan, bukan berarti guru tidak perlu memperoleh penghargaan, melainkan karena jasa guru yang teramat besarlah yang membuat sulit memberikan penghargaan sepadan terhadap jasanya.

"Slogan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim yakni Guru Penggerak Indonesia Maju, hakekatnya menginginkan perubahan cara pandang guru dalam mendidik seperti menohok sebagian guru yang selama ini hanya berkutat mengejar absensi dan administrasi kenaikan pangkat, golongan atau jabatan," ungkapnya.

"Slogan tersebut harus dibuktikan oleh para guru dengan kerja nyata berupa prestasi, baik prestasi peserta didik maupun prestasi guru itu sendiri sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas," pungkasnya. (Amirudin/Tg)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.