Kasus Stunting di Indramayu Sejumlah 41.318 Balita


JABARBICARA.ID:-- Kasus stunting di kabupaten Indramayu saat ini sedikitnya 29,9 persen balita. Masyarakat diminta untuk bersama-sama memberantas stunting. Sebab hal itu merupakan tanggung jawab bersama yang mesti dilakukan semua pihak.

Data Dinas Kesehatan 2017, jumlah balita di Kabupaten Indramayu total ada sebanyak 138.188 jiwa. Ironisnya berdasarkan pemantauan dinas saat ini 29,9 persen balita di antaranya menderita stunting. Jika dikalkulasikan, total penderita stunting berjumlah 41.318 balita. Angka tersebut hampir dikategorikan tinggi. Sebab stunting digolongkan menjadi beberapa tingkatan kategori. Untuk 10-20 persen tergolong rendah, 20-30 sedang, 30-40 tinggi, dan di atas 40 sangat tinggi.

Bupati Indramayu, Supendi mengatakan bahwa stunting masih menjadi salah satu persoalan serius. Terlebih Indramayu masih menduduki posisi tengah dalam hal penderita stunting terbanyak di Jawa Barat. Penuntasan mesti segera dilaksanakan maksimal. Sebab ia khawatir, jika terus dibiarkan maka penderita stunting akan bertambah drastis. Bukan tak mungkin beberapa tahun ke depan Indramayu menduduki posisi teratas.

“Dalam pencegahan stunting harus melibatkan semua pihak terutama para aparatur sipil negara yang diberikan amanah untuk menjalankan tugas dalam pencegahan stunting,” ungkap Supendi kepada wartawan, Senin (25/02/2019). 

Ia mengatakan, penyebab stunting begitu kompleks. Namun berdasarkan hasil dari pertemuan di kementerian yang ia hadiri, stunting disebabkan oleh pencemaran sampah. Untuk itu, sangat perlu melaksanakan kampanye kebersihan di seluruh penjuru wilayah Kabupaten Indramayu. “Perlu penanganan serius dan dimulai dari diri sendiri,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Deden Boni Koswara mengatakan, stunting merupakan kelainan gagal tumbuh akibat kurang gizi. Akibat kurang gizi perkembangan anak pun menjadi tidak maksimal. Salah satu contohnya yakni postur tubuh anak yang tidak tumbuh maksimal. Dampak stunting membuat anak mudah sakit dan berkurangnya kemampuan kognitif.

Deden menambahkan, gizi cukup sangat diperlukan di masa awal perkembangan balita. Seharusnya orang tua memberikan gizi yang sangat cukup di masa 2 tahun hidup balita. Pada masa tersebut merupakan masa penentu perkembangan anak ke depannya. Jadi jika asupan gizi kurang maka perkembangan anak pun akan terhambat.

Di Kabupaten Indramayu masih banyak balita yang tidak mendapat pengawasan ketat dari para orang tuanya. Deden mengatakan, masih banyak orang tua yang menyerahkan perawatan anak-anaknya kepada nenek atau sanak saudara. Orang tua lebih memilih bekerja mencari nafkah di dalam maupun luar negeri. Jika perawatan yang diberikan cukup maka tak masalah. Fakta di lapangan seringkali anak-anak tersebut tidak diperhatikan asupan gizinya.

Dinas Kesehatan menurutnya sudah serius mengatasi stunting di Indramayu. Sebab upaya pencegahan dan penanganan sudah dimasukkan ke dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah. Saat ini, sejumlah desa di Indramayu juga sudah masuk ke dalam penanganan petugas medis stunting. Di antara wilayah itu seperti Desa Wirapanjunan, Eretan Wetan, Ikir, Cilandak, Karanganyar, dan Pasekan. “Stunting menyebabkan fungsi tubuh tidak berjalan seimbang dan maksimal. Dampaknyua bisa mengakibatkan juga kerugian ekonomi,” pungkas Deden (IK/NV).

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.