Konsorsium Penyelamatan Cikuray : "Rusaknya Kawasan jadi Penyebab Banjir di Hulu Sungai Cimanuk"


GARUT, JABARBICARA.COM-- Konsorsium Penyelamatan Cikuray (KPC), membantah semua pernyataan pemerintah terkait penyebab banjir di beberapa kecamatan yang jadi kawasan hulu Sungai Cimanuk yang menyebut banjir disebabkan hujan deras.

Dalam pandangan KPC, banjir di kawasan hulu Sungai Cimanuk, terjadi karena rusaknya kawasan hutan di hulu sungai Cimanuk.

“Ada kesalahan cara pandang banyak pihak terkait penyebab bencana banjir dan longsor di Kecamatan Cikajang, Cisurupan dan Banjarwangi yang jadi kawasan hulu Sungai Cimanuk,” jelas Usep Ebit Mulyana, koordinator KPC, Jumat (10/04/2020).

"Siklus hujan tiap tahun pada prinsipnya tidak jauh berbeda jika dihitung secara debitnya. Yang berbeda adalah daya dukung alam yang terus menerus mengalami penurunan kualitas. Jikapun ada hujan dengan intensitas tinggi, biasanya terjadi dalam kurun waktu tertentu seperti siklus lima atau sepuluh tahunan", papar Ebit.

Menurut Ebit, banjir yang terjadi di di Desa Mekarjaya Kecamatan Cikajang akibat luapan sungai Cibarengkok yang bermuara ke Sungai Cimanuk terjadi akibat daya serap kawasan hulu sudah berkurang karena hutan berubah menjadi lahan tanaman produktif.

“Banjir di Desa Mekarjaya, dalam catatan kita sudah terjadi sejak tahun 2014 dan hampir terulang tiap tahun. Penyebabnya Sungai Cibarengkok meluap, karena air dari kawasan hulu semua tumpah ke sungai, daya serap kawasan sudah turun karena alih fungsi lahan,” jelas Ebit.

Ebit menuturkan, kondisi hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk, tidak lepas dari keberadaan tiga gunung di Garut yaitu Gunung Mandalagiri, Cikuray dan Papandayan. Saat ini, tingkat kerusakan hutan di tiga gunung tersebut, sudah cukup tinggi.

“Di Mandalagiri sebagai hulu Sungai Cimanuk, kerusakan sudah sangat parah. Alih fungsi lahan sudah sampai kawasan puncak, termasuk di titik mata air Cibarengkok yang mengalir ke Sub DAS Cikuray dan kemudian bermuara di Cimanuk,” jelasnya.

Dari data yang dihimpun KPC bersama beberapa organisasi lingkungan, menurut Ebit di kawasan Gunung Mandalagiri, sedikitnya ada 150 titik mata air yang bermuara ke Sungai Cimanuk kearah utara dan sungai-sungai lain yang bermuara di wilayah pantai selatan Garut. Karena alih fungsi lahan, mata air tersebut kebanyakan saat ini berada di kawasan kebun warga dengan kondisi yang rusak.

Dalam pandangan KPC, selama ini upaya pemulihan kawasan Hulu Cimanuk oleh pemerintah daerah tidak pernah menyentuh akar permasalahan. Tidak terlihat upaya serius dari pemerintah untuk menanggulangi pemulihan kawasan karena berbagai alasan.

"Alasan yang kerap disampailan oleh pemerintah yaitu karena Gunung Mandalagiri lahan terbesarnya dimiliki oleh Perhutani, perkebunan dan BUMD milik pemerintah provinsi (PDAP)", ungkap Ebit.

Selain Mandalagiri, penyumbang bencana banjir juga datang dari kawasan Gunung Cikuray dimana tingkat kerusakan tertinggi di Gunung Cikuray terjadi di wilayah Cigedug yang kemarin juga ikut diterjang banjir saat hujan turun.

“Meluapnya sungai Cimanuk, akan tetap jadi agenda rutin yang tidak akan berhenti dan bisa semakin buruk jika sumber masalah utamanya tidak pernah diperbaiki,” pungkas Ebit (Tisna).

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.