Kritik untuk SWJ Ambassador Pariwisata


Oleh: N. Vera Khairunnisa

JABARBICARA.COM-- Pemerintah Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Budaya membuka peluang bagi warga untuk menjadi Smiling West Java Ambassador yang bertugas untuk mempromosikan destinasi wisata di Jawa Barat.

“Ambasador ini akan mengeksplor destinasi wisata di Jabar untuk meningkatkan promosi, serta membuat viralitas terhadap pariwisata Jawa Barat. Sedikitnya ada 108 destinasi wisata yang akan digarap,” kata Kadisparbud Jabar.

Kriteria SWJ Ambassador pun menyasar influencer/ kreator konten yang memiliki ketertarikan terhadap dunia pariwisata di Jabar dan hobi traveling. Mereka yang terpilih akan diberdayakan untuk mengeksplor destinasi wisata, membuat konten kreatif, kemudian diunggah ke media sosial masing-masing.

Sebanyak 108 Ambassador yang terpilih akan dikontrak selama 8 bulan, yakni dari April – November 2022. Selama masa kontrak, Ambasadopr akan melakukan eksplorasi dan mempromosikan 108 destinasi wisata prioritas Jabar. (suara. com, 17 Maret 2022)

Mengapa pemerintah begitu gencar memasarkan sektor pariwisata? Dan apakah hal yang tepat menjadikan konten kreator yang notabennya para remaja atau pemuda untuk memasarkan pariwisata?

Pada Sidang Majelis Umum UNWTO (Organisasi Pariwisata Dunia; badan PBB yang berwenang mempromosikan pariwisata), negara-negara sepakat bahwa pariwisata merupakan pilar pembangunan yang menyerap banyak lapangan pekerjaan, inklusif, dan berkelanjutan. (Detikcom, 5/12/2021)

UNWTO juga merupakan motor penggerak agar setiap negara benar-benar terlibat dalam bisnis menggiurkan ini. Hal ini karena kapitalisme memandang pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara.

Untuk itu, Provinsi Jawa Barat betul-betul serius berupaya meningkatkan sektor pariwisata. Dalam acara West Java Calender of Event 2022 di Hotel Pullman, Kota Bandung, Selasa (15/02/2022), gubernur Jabar menyampaikan bahwa target kunjungan wisata tahun ini antara 36 juta sampai 40 juta wisatawan. (jabarprov. go. id, 15/02/22)

SWJ Ambassador untuk pariwisata ini merupakan salah satu wujud keseriusan yang diimplementasikan oleh pemerintah Jabar.

Mencermati fakta di atas, ada beberapa poin penting yang bisa digaris bawahi dan dikritisi. Di antaranya sebagai berikut:

Pertama, seperti yang sudah dibahas di atas, bahwa sektor pariwisata dalam sistem hari ini dipandang sebagai salah satu sumber devisa negara. Maka hampir di setiap negara, termasuk Indonesia, akan selalu berupaya untuk meningkatkan sektor pariwisata.

Kedua, bahwa sektor pariwisata ini pada akhirnya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan materi. Hal ini seringkali tidak memperhatikan aspek halal haram. Maka kita mungkin akan menemukan tempat wisata yang cenderung mengarah pada kehidupan yang serba boleh.

Selain itu, adanya wisatawan asing yang datang ke Indonesia, ini akan memuculkan pemikiran dan budaya liberal. Pariwisata adalah cara paling efektif untuk mewarnai kehidupan masyarakat tujuan destinasi dengan pemikiran asing dan budaya dari luar.

Ketiga, pariwisata yang diklaim sebagai salah satu upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan, mengentaskan kemiskinan, dan sebagainya. Apakah klaim itu sesuai dengan fakta?

Realitanya, masih begitu banyak warga miskin yang tinggal dekat dengan tempat wisata. Siapa yang paling diuntungkan dari bisnis pariwisata ini sebetulnya?

Keempat, adanya rekrutmen para pemuda untuk menjadi Ambassador pariwisata, hanya akan mengalihkan potensi mereka. Para pemuda tersebut diarahkan untuk memasarkan berbagai produk wisata.

Melalui para ambassador tersebut, masyarakat dirangsang untuk mencintai berbagai sarana hiburan dan senang-senang. Sebab begitulah realita pariwisata hari ini. Tempat menghilangkan rasa bosan, sarana untuk meraih kebahagiaan.

Meski harus mengeluarkan uang, tidak apa-apa. Bahkan, ada yang sampai menghemat kebutuhan primer demi bisa merasakan pergi ke tempat-tempat wisata yang menjadi impian. Apakah semua ini sesuatu yang bisa dibenarkan? Bagaimana sebetulnya pandangan Islam mengenai pariwisata?

Pariwisata dalam Pandangan Islam

Sebagai agama yang sempurna, Islam memiliki aturan yang berkenaan dengan pariwisata ini. Ringkasnya adalah sebagai berikut:

Pertama, secara prinsip, pariwisata dalam Islam sangat berbeda jauh dengan konsep kapitalisme. Di negara Islam, pariwisata bukanlah sumber devisa negara. Sumber pemasukan negara berasal dari pos lain, seperti fai, kharaj, ganimah, jizyah, harta kepemilikan umum, zakat, dan sedekah.

Kedua, dalam Islam, objek wisata bertujuan sebagai sarana dakwah dan di’ayah (propaganda), serta bisa berupa keindahan alam dan peninggalan bersejarah. Objek wisata ini bisa negara pertahankan sebagai sarana memahamkan Islam kepada wisatawan.

Selain itu, objek wisata juga bisa digunakan untuk mengukuhkan keimanan dan keyakinan mereka kepada Allah, juga bisa menjadi sarana propaganda, yakni dengan menelusuri jejak dan peninggalan bersejarah. Siapa pun yang melihat akan takjub dan yakin dengan keagungan Islam.

Ketiga, negara Islam akan mengharuskan wilayah yang menjadi destinasi wisata, ramah bagi lingkungan dan kehidupan di sekitar. Sebab, Islam melarang eksploitasi yang merusak alam dan lingkungan.

Keempat, keberadaan pemuda dan pemudi dalam negara Islam akan dioptimalkan untuk menggali potensi mereka yang luar biasa. Keberadaan konten kreator tidak akan dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaan, namun untuk kepentingan dakwah atau syiar Islam.

Dengan penerapan Islam, pariwisata berfungsi sebagai syiar yang memberi kebaikan dan kemaslahatan bagi umat manusia, lingkungan, dan alam. Pariwisata bukan bisnis untuk mencari keuntungan. Sehingga masyarakat bisa menikmatinya, tanpa harus mengeluarkan biaya. Wallahualam.

Isi Artikel diluar tanggungjawab Redaksi Jabarbicara. com.

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.