Marak Kasus Pembunuhan, Ada Apa Dengan Masyarakat Kita?


[Ilustrasi web]

Oleh: N. Vera Khairunnisa

JABARBICARA.COM -- Bagi sebagian orang, anak merupakan anugrah yang melengkapi kebahagian dalam berkeluarga. Maka tidak heran, sebagian besar pasangan suami istri sangat mengharapkan kehadiran anak di dalam pernikahan mereka. Namun apa jadinya, jika kehadiran anak justru menjadi sebuah petaka. Mereka yang diharapkan bisa melengkapi kebahagiaan, justru malah menjadi jalan menuju ke gerbang kematian.

Seperti yang terjadi di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur, seorang remaja perempuan berinisial KS (17) membunuh ayah kandungnya S (55) pada Jumat (21/6/2024) di dalam toko perabot korban. KS ditangkap oleh kepolisian dan telah ditetapkan menjadi tersangka atas kasus pembunuhan ayah kandungnya itu. (liputan6. com, 22/06/24)

Kasus serupa terjadi di Pesisir Barat, Lampung, seorang pemuda berinisial SP (19) melakukan tindakan kekerasan terhadap ayah kandungnya yang menderita strok hingga meninggal. Pelaku tega menganiaya ayahnya hingga meninggal hanya karena kesal diminta mengantarkan ayahnya ke kamar mandi. (beritasatu. com, 14/06/24)

Kasus kekerasan hingga pembunuhan memang kerap terjadi di sekitar kita. Pembunuhan anak terhadap orang tua juga sudah begitu sering terjadi, dengan berbagai motif yang berbeda. Satu saja yang sama, semua hanya dari masalah yang sepele.

Apa sebetulnya yang menjadi penyebab maraknya kasus kekerasan dan pembunuhan? Mengapa anak-anak bisa melakukan tindakan yang begitu keji terhadap orang tuanya sendiri?

Psikolog anak sekaligus Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi ungkap jika ada beberapa faktor yang mendorong anak jadi pelaku tindak kekerasan. 

"Penyebab utamanya bisa saja dari orangtua yang mendidik dengan kekerasan. Bisa juga dari lingkungan pergaulan. Atau dari berbagai informasi yang diperoleh media sosial," ungkapnya pada Tribunnews, Minggu (30/06/2024).

Semua faktor yang disampaikan oleh Kak Seto memang sangat berpengaruh. Hanya saja, kita juga membutuhkan jawaban, mengapa orangtua mendidik anak dengan kekerasan? Termasuk pertanyaan, mengapa lingkungan pergaulan hari ini banyak yang cenderung memberikan dampak negatif? Termasuk mengapa masih banyak informasi di media sosial yang memberikan pengaruh buruk pada generasi?

Hal ini menunjukkan bahwa ada yang bermasalah dalam keseluruhan sistem yang diterapkan hari ini. Mulai dari sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem media dan informasi, hingga sistem sanksi.

Pendidikan dalam sistem hari ini tidak mampu melahirkan manusia yang memiliki kepribadian yang baik. Mereka cenderung emosional dan menghadapi berbagai permasalahan dengan hawa nafsu. Akal yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT tidak berfungsi dengan benar akibat dari minimnya pendidikan berbasis spiritual.

Inilah sistem pendidikan yang berbasis sekulerisme, paham yang memisahkan agama dari kehiupan. Sistem ini mengakibatkan jauhnya manusia dari nilai-nilai agama. Alhasil, manusia semakin rusak, baik akalnya maupun jiwanya. 

Kapitalisme, sebagai pandangan ekonominya, menjadikan manusia cenderung menganggap kebahagian dari aspek materi semata. Sehingga mereka rela mengorbankan banyak hal demi meraih tujuannya. Maka tidak heran juga banyak kasus kekerasan terjadi karena motif ekonomi. 

Ditambah dengan sistem sosial dan bermasyarakat hari ini yang cenderung individualis. Mereka tidak peduli dengan urusan atau masalah orang lain. Sementara di media sosial, kita disuguhkan dengan beragam konten yang bisa memberikan pengaruh negatif semisal kekerasan.

Sistem sanksi hari ini juga nampak tidak memberikan efek jera. Hukuman penjara belasan tahun, tidak membuat orang takut melakukan aksi pembunuhan. Sehingga kita melihat kasus pembunuhan demi pembunuhan tidak pernah sepi dari pemberitaan.

Maka, untuk menyelesaikan maraknya kasus kekerasan dan pembunuhan ini, diperlukan solusi dengan pendekatan holistik, sehingga kita bisa menyelesaikan masalah ini hingga ke akarnya. Solusi ini hanya bisa ditemukan dalam sistem Islam, sebab Islam merupakan aturan yang diturunkan oleh Allah SWT, Zat Yang Menciptakan manusia, sudah pasti tahu apa yang terbaik untuk mereka.

Lantas, bagaimana sebetulnya mekanisme Islam dalam mencegah dan mengatasi masalah kekerasan dan pembunuhan?

Pertama, dengan penerapan sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam. Sistem ini memiliki tujuan untuk melahirkan generasi dengan kepribadian Islam, fakih fiddin serta menguasai sains dan teknologi. Mereka yang lahir dari sistem pendidikan ini, akan sangat mampu mengontrol emosinya. Sebab mereka yakin bahwa semua yang dilakukan di dunia, akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak, dan semua akan mendapat balasan sesuai dengan apa yang dilakukannya di dunia.

Dalam Islam, jangankan membunuh orang tua, berkata 'ah' saja dosa. Anak-anak dituntut untuk berbakti kepada orang tua, setelah mereka menunaikan kewajibannya dalam merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang.

Kedua, media dan informasi dalam Islam, memiliki tujuan untuk pendidikan dan syiar agama. Maka, segala hal yang menyimpang dari tujuan tersebut, akan dihilangkan. Semisal, negara akan melarang konten kekerasan, pornografi dan pornoaksi.

Ketiga, sisten sanksi yang memberikan efek jera bagi pelaku. Untuk pelaku pembunuhan, Islam menetapkan sanksi berupa qishah atau dibunuh. Sistem sanksi dalam Islam bukan hanya menyebabkan efek jera, tapi juga bisa menjadi penebus dosa.

Tiga langkah di atas merupakan beberapa di antara sekian banyak langkah lainnya yang sudah terkonsep dalam Islam. Ketika Islam dijadikan pedoman dalam seluruh aspek kehidupan, akan memberikan kebahagian, keamanan dan ketentraman. Wallahua'lam.***


0 Komentar :

    Belum ada komentar.