Marawa Pro Luncurkan Film “Ranah Mahimbau Pulang”, Kilas Balik Perantau Minang Saat Mudik Lebaran


[Proses kreatif rumah film Marawa Pro dalam melahirkan karya sinematografi. (Dok. Ladofa Doredo)]

BUKITTINGGI, JABARBICARA.COM – Keberadaan rumah film lokal pada suatu daerah di Tanah Air, berpotensi besar untuk mengangkat kearifan lokal setempat secara lebih mendalam. Salah satunya Marawa Pro, komunitas para sineas di Bukittinggi. Mereka akan meluncurkan film terbarunya yang berjudul Ranah Mahimbau Pulang. 

Marawa Pro menayangkan produksi film terbarunya tersebut jelang Idul Fitri 2023. Dirilis sebelum lebaran, karena kisah di film tersebut berkaitan erat dengan pemuda perantau Minang yang hendak mudik.

IMG-20230412-WA0069.jpg

Marde Putra salah seorang pendiri Marawa Pro saat diwawancarai pada Rabu (12/4/2023) mengatakan, Film Ranah Mahimbau Pulang bercerita tentang pemuda Minang yang sedang dalam perjalanan pulang kampung karena rindu pada ayah ibunya. Ia tak kuasa lagi mendengar gema takbir Idul Fitri di perantauan setelah 10 tahun tidak pulang ke kampung halaman. 

Selama perjalanannya tersebut diwarnai dengan kilas balik masa lalunya yang mengharuskannya untuk meninggalkan kampung halamannya. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk pulang kampung pada lebaran kali ini.

“Film Ranah Mahimbau Pulang mengusung pesan moral untuk para pemuda, bahwasanya sebagai anak muda tidak ada kesuksesan yang akan dapat diraih jika hanya berdiam diri di rumah dan tidak melakukan apa-apa,” kata Marde Putra. 

Kisah Film Ranah Mahimbau Pulang sesuai dengan falsafah Minang; “Sayang ka anak balacuik. Sayang ka kampuang batinggaan. Diasak baniah makonyo tumbuh”. Yang maknanya, sayang pada anak, dilecut. Sayang pada kampung, ditinggalkan. Benih dipindah dari semaian makanya bisa tumbuh dan berkembang.

Marawa Pro terbentuk pada tahun 2019 di Bukittinggi. Pusat kegiatannya di Jalan Situpo, Gurun Panjang, Bukittinggi. Nama para pendiri Marawa Pro dan perannya di komunitas tersebut yaitu ; Marde Putra (Penyutradaraan), Ichbal Poetra (Manager Produksi), Rido Ardi (Director Of Photography), Asep Mulyadi (Penulis Naskah dan Editor), Bahrul Oey (Art, Kameramen), Hamzah Fansuri (Talent, Aktor), Panjul Uye (Talent, Vokalis), Ayu Andira (Talent, Vokalis), Gusti Maharani (Talent, Vokalis), Faurellia Fadhilla (Talent Nasional), dan R Doel - ST22 Community (Arranger Music).

Marde Putra juga mengatakan, berdirinya Marawa Pro adalah bentuk dukungan dari teman-temannya semenjak channel pertama Marde Entertainment terkena banned oleh YouTube karena persoalan konten ID / hak cipta. Teman-temannya yang pernah terlibat dalam karya-karya Marde Entertainment tersebut memberikan semangat padanya untuk tetap berkarya dan membentuk brand baru dengan nama Marawa Pro. 

”Bermula dari YouTube Channel Marde Entertainment yang merupakan channel YouTube pertama kami, kena banned karena pelanggaran hak cipta, kemudian dihapus secara sepihak oleh produser kami tanpa ada konfirmasi sebelumnya, sehingga teman-teman yang sering terlibat dalam produksi film lokal menyepakati untuk membuat channel baru dengan nama berbeda dari sebelumnya. Dari beberapa nama yang diusulkan, akhirnya kami putuskan secara bersama-sama untuk menggunakan nama Marawa Pro, sejak 5 Agustus 2019,” kata Marde Putra.

Seperti dijelaskan oleh Marde Putra, visi Marawa Pro adalah untuk ikut memperkenalkan Indonesia khususnya Ranah Minang kepada dunia melalui seni audio visual. Dan misi mereka untuk mendukung program Pemerintah Daerah / Pusat di Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyalurkan talenta pemuda-pemudi Minang melalui karya audio visual, memperkenalkan adat dan budaya Ranah Minang melalui karya audio visual, mendukung falsafah Minang tentang Adat Basandi Sara’, Sara’ Basandi Kitabullah, mendukung Pemerintah Daerah maupun Pusat dalam mengeksplor Ranah Minang, dan membantu Pemerintah dalam mengembangkan produksi ekonomi kreatif dalam bidang audio visual maupun konten kreator.

Marawa Pro telah merilis 15 karya film di YouTube Channel Marawa Pro dengan judul sebagaimana berikut ini; Rumah Mertua (2016), Tikam Jajak Pandeka - Habib Series (2016), Tikam Jajak Pandeka - Rahmat Series (2017), Surau Tingga (9 Agustus 2019), Tadabbur Hati (12 Oktober 2019),  Pendidikan Doeloe dan Sekarang (20 September (2019), Kalimah (21 Maret 2020), Minangkabau Undercover - Sarah Series (2019), Minangkabau Undercover - Tatak Series (27 Desember 2019), Ruang Tunggu - Short Movie (15 April 2020), Drama Series - Titik Nadir (22 April 2020), Makaru Wamakarallah (31 Mei 2020), Tikam Jajak Pandeka 1 - 5 “Spesial Series” (serie pertama - 27 Januari 2022), Malam Bagai Jelaga (20 Januari 2023), Elna - Cinta dan Perjuangan (31 Maret 2023).

“Idealisme kami dalam melahirkan karya-karya film adalah selalu memasukkan unsur adat, seni tradisi, dan budaya Minang serta mendukung falsafah Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah. Pesatnya perkembangan zaman di era digital saat ini, para generasimuda harus kita bekali dengan pengetahuan tentang adat dan budaya di setiap tontonannya, agar kuatnya pengaruh budaya luar bisa kita antisipasi dengan memberikan pemahaman melalui karya film, musik, dan konten yang bermanfaat” kata Marde Putra.

Lebih lanjut Marde Putra mengatakan, mulai dari awal merintis Marawa Pro sampai saat sekarang, kendala tersulit dalam memproduksi film adalah dalam pembiayaan, karena terbatasnya tenaga marketing yang mereka miliki. Dalam memproduksi film, mereka hanya melakukan pembiayaan secara swadaya, dari uang saku mereka sendiri yang dikumpulkan, belum ada bantuan dari pihak Dinas Pemerintah terkait. Dengan berlandaskan hobi, pembiayaan kerap mudah mereka atasi, meskipun pada beberapa karya terpaksa harus mereka hentikan produksinya. 

“Sepinya sineas lokal Sumatera Barat menurut kami karena lemahnya komunikasi antara Dinas Pemerintah terkait dengan para pelaku seni, terutama sekali dengan para sineas, yang akhirnya mati suri. Kendalanya ada di pembiayaan, dan juga karena kurang adanya sinergi komunitas yang memiliki kaitan erat di bidang perfilman untuk memberi pembekalan serta peningkatan SDM-nya dalam bentuk pelatihan, sehingga banyak di antara sineas Minang malas untuk berkarya karena selalu berbenturan dengan hal-hal tersebut,” kata Marde Putra.

Meskipun sebagai rumah produksi lokal, Marawa Pro selalu berusaha melahirkan karya-karya yang profesional, baik dalam penentuan ide cerita, plot, lokasi pengambilan gambar, kemampuan akting pemeran, penentuan lokasi syuting, ilustrasi musik, audio, dan unsur lainnya. Kualitas film-film yang mereka rilis bisa disejajarkan dengan garapan rumah produksi nasional. Marawa Pro siap untuk berkolaborasi dengan rumah produksi nasional guna mengangkat kearifan lokal Sumatera Barat.

“Dengan adanya pandangan pada garapan kami sudah berkualitas nasional, sangat memberikan kebahagian tersendiri buat Tim Marawa Pro, karena pada dasarnya kami berbuat dengan peralatan yang belum memenuhi kelayakan sinematografi, hanya mengoptimalkan peralatan dan sumber daya yang kami punya saja. Besar harapan kami terhadap Dinas Pemerintah terkait untuk dapat memberi dukungan kepada Marawa Pro dalam upgrade peralatan, sehingga apa yang menjadi visi misi kami dapat terwujudkan dengan maksimal,” kata Marde Putra.

Dalam perjalanannya di dunia sinematografi, beberapa karya film Marawa Pro berhasil mendapatkan penghargaan. Adapun judul film-filmnya yang berhasil meraih penghargaan tersebut, yaitu ; Surau Tingga - Film Terbaik II pada ajang Kompetisi Film Islami se-Sumatera Barat Tahun 2022, Siti Padang - Film Terbaik - Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 (diproduksi bersama Santano Art Pro), dan Rumah Mertua - Penyutradaraan Terbaik dan Aktris Terbaik - Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 (diproduksi bersama Santano Art Pro).

Berikut link film terbaru dari Marawa Pro yang berjudul Elna (Cinta dan Pengorbanan); https://youtu.be/fTEN8hbzKao

(Dilaporkan oleh M Fadhli)


0 Komentar :

    Belum ada komentar.