Mayat Tergeletak di Mana saja, Presiden Akui Gagal Atasi Corona


JABARBICARA.COM-- "Kami sudah melihat orang meninggal di mobil, di ambulans, di rumahnya, di jalanan. Salah satu alasan mereka tidak dirawat di rumah sakit karena kekurangan tempat tidur. Jika mereka ke klinik swasta, mereka harus membayar dan tidak semua orang punya uang."Demikian dikatakan seorang pekerja di rumah duka di Guayaquil, ibu kota negara bagian dan kota terbesar di Ekuador, Katty Mejía, sebagaimana dilansir BBC, Minggu (19/4/2020).

Hal itu menggambarkan, di kawasan Guayas, negara bagian paling terdampak pandemi virus corona di Ekuador, ketika angka resmi korban Corona dicek silang dan dicermati, ternyata faktanya sungguh mencengangkan.

Setidaknya 6.700 orang meninggal dunia di dua minggu pertama bulan April, menjadikan Guayas area paling terdampak bukan hanya di negara tersebut tapi di seluruh Amerika Latin.

Dalam masa pandemi di kota dengan populasi 2,5 juta penduduk itu, rumah duka kewalahan, sebagian harus tutup sementara karena pekerjanya ketakutan terjangkit virus.

Kerabat yang putus asa membiarkan mayat tergeletak di depan rumah, sementara sebagian lain membiarkannya di tempat tidur hingga berhari-hari.

Kota Guayaquil juga mulai kehabisan ruang untuk menguburkan mayat, memaksa sebagian orang untuk membawa jenazah kerabat ke kota tetangga untuk dimakamkan di sana.
Kebutuhan untuk menguburkan jenazah sangat tinggi hingga sebagian warga menggunakan kotak karton sebagai peti mayat. Narapidana juga membuat peti mati dari kayu.

Presiden Ekuador Lenín Moreno mengakui negara telah gagal mengatasi krisis kesehatan. Hingga 16 April, pemerintah yakin hanya 400 orang meninggal dunia karena virus corona. Akan tetapi, setelah Satuan Tugas Gabungan Virus Corona mengumpulkan semua data, gambaran besarnya berubah.

"Dengan angka yang kita dapat dari Kementerian Dalam Negeri, tempat pemakaman umum, kantor pencatatan sipil dan tim kami, kami sudah menghitung setidaknya 6.703 kematian di Guayas di 15 hari pertama pada April," kata Jorge Wated, kepala Satgas pemerintah.

"Rata-rata mingguan di sini mencapai 2.000. Jadi, kami sudah merekam 5.700 kematian dari biasanya."

Tidak semua kematian di Guayas terkait langsung dengan Covid-19 - sebagian orang meninggal karena gagal jantung, masalah ginjal, atau masalah kesehatan lain yang memperburuk kondisi karena tidak segera ditangani. Sumber: suara.com (tg)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.