Menautkan Dimensi Spiritual dan Politik Kebangsaan, sebuah Dialog Santai GMRI bersama Presidium ProDem


Oleh Jacob Ereste

JABARBICARA.COM-- Acara ngobrol santai Tim GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang menyambangi Presidium ProDem (Pro Demokrasi) Indonesia, Iwan Samule, di maskas perkumpulan aktivis Indonesia ini di Jl. Veteran I No. 25 Jakarta Pusat, Senen 4 April 2022 terkesan las-lasan mengurai beragam masalah terhangat yang semakin memanas pada akhir belakangan di negeri ini.

Hingga kesepakatan berlanjut untuk melakukan acara buka puasa bersama dalam waktu dekat dengan perluasan masalah gagasan yang lebih menjurus pada upaya dan usaha menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia yang terlihat sedang berada ditubir kehancuran.

Karena menurut Iwan Samule, iman tanpa perbuatan adalah sia-sia, katanya mengutip ayat dari langit. Sehingga masalah nyata seperti kelangkaan minyak goreng telah membuat kepanikan dalam masyarakat.

Padahal, papar Presidium ProDem ini, luas kebun sawit kita yang produktif tak kurang dari 16 juta hektar. Jadi jelas kelangkaan minyak goreng ini telah dijadikan permainan para penguasa, meski tak semua mereka masalah penguasa yang berasal dari pemerintah.

Kasus minyak goreng yang telah mencederai hari rakyat ini, perlu dipulihkan agar pemerintahan Joko Widodo tidak semakin kehilangan muka, atau kepercayaan dari masyarakat, tandas Presiden ProDem ini yang tengah melakukan pelaporan kasus dari Luhut Binsar Panjaitan.

Iwan Samule meyakinkan apa yang dilakukannya terhadap Luhut Binsar Penjaitan sangat dia yakini dengan tujuan dan itikad yang baik, hingga semua kejahatan yang menghalangi bisa dihadapi dan teratasi dengan baik.

Ikhwal gugatan yang dilakukannya terhadap Luhut Binsar Panjaitan, sangat diyakininya tidak memiliki celah untuk di-SP3-kan oleh pihak Kepolisian. "Karena semua data yang saya miliki sangat lengkap", tandas Iwan Samule meyakinkan.

Meski begitu dia mengaku lebih suka memilih soft gerakan. Caranya yang paling bijak dengan membuka peluang dialog dan cara yang lebih bijak dengan memperlihatkan program yang baik dari Pemerintah pro rakyat. Jadi untuk kalangan aktivis, dia pun mengingatkan perlunya sikap yang arief serta bijaksana. Tidak harus selalu konfrontatif sifatbya. Sehingga rakyat pun dapat teredukasi untuk lebih mampu berpikir rasional.

Pemikiran serupa ini diungkap Iwan Samule dalam menanggapi pendapat Eko Sriyanto Galgendu tentang kelemahan para Brahmana (pemuka agama) yang kurang memiki kedekatan dengan para (kesatria) -- termasuk aktivis-- yang sulit untuk direngkuh sebagai fartner dalam berbagai upaya melakukan pemberdayaan dan usaha mensinergikan potensi dari masing-masing pihak untuk perbaikan bangsa dan negara agar lebih baik dalam hidup serta penghidupannya.

Silarurachmi GMRI bersama ProDem ini, kata Eko Sriyanto Galgendu juga menandai adanya gerakan kesadaran kebangkitan spiritual yang terpaut dengan gerakan maupun aktivitas politik kebangsaan yang semakin meluas, karena seperti kata Iwan Samule, tandasnya ia pun dapat menerima kiprah GMRI dengan resmi atas nama Presidium ProDem.

Karena memang GMRI memiliki keunggulan untuk mentautkan titik temu antar elemen pergeran dengan menyerap segenap inspirasi maupun gagasan guna memprmulus upaya membangun masa depan bangsa dan negara dalam menyongsong peradaban baru manusia di bumi yang lebih baik dan lebih beradab dari kondisinya yang sekarang.

Seperti fenomena dari buzzer yang kini mengalami pergeseran arah orientasitasinya semula, cukup menarik untuk menjadi perhatian dan kajian, ungkap Iwan Samule. Ibarar pakemnya dalam meniti ranah politik di Indonesia, Iwan Samule menyatakan sikapnya untuk selalu menempatkan cara berpiki diatas cara perasaan. Sebab pakem serupa ini tentu saja akan berbeda dengan cara memasuki ranah spiritual, sebab banyak hal yang berada di ranah spiritual tidak mampu dicerna oleh akal sehat sekalioun. Karena itu, banyak hal ada di ranah spieitual hanya bisa dicerna atau diterima oleh keyakinan semata.

Begitulah tata kerja antara yang bersifat bathin dan nalar pikiran. Keduanya dapat menjadi semacam beraca penakar keseimbangan antara lahiriyah dan batiniah bagi keseimbangan manusia yang tak mungkin dapat dipisahkan.

Seperti setiap orang yang memiliki naluri untuk meninggalkan lagecy, kata Iwan Samuke. Sehingga tidak ada yang boleh salah, karena setiap orang yang ingin melukiskan keindahan sejarah hidulnya dengan baik dan sempurna harus mampu menjaga sikap dan perbuarannya semasa hidup, sehingga kelak dapat menjadi kenangan yang indah bagibanyak orang.

Karena pada dasarnya semua orang itu tidak mungkin dapat mengubah masa lalunya sedikitpun, karena manusia, kata Iwan Samule hanya mampu merangkai masa depan yang baik dan indah agar dapat dikenang oleh orang banyak. Dari apa saja yang tekah pernah dilajukan sebelumnga akan terap menjadi sejarah. Karena itu sejarah menjadi penting untuk tidak dilupakan begitu saja, agar paham pada soal yang buruk tidak sampai kembali terulang. Dan manusia dapat melakukan yang terbaik berkat dari keinginan untuk belajar dari sejarah masa silamnya yang kelam, sehingga bal-hal yang buruk itu tidak sampai kembaki terulang.

Meski pada dasarnya sejarah akan selalu berulang, menurut Iwan Samule, terap ada interval perbedaan waktu dan mungkin juga tempat serta situasi yang mungkin pula berbeda.

Namun realitas sejarah bangsa Indonesia yang sesungguhnya sebagai manusia yang tak gampang dihasut, jika memang kondisinya baik-baik saja, tak mudah untuk dilakukan. Tetapi saat perasaan mereka sudah sangat terusik, dan ketenteraman hati dan rasa nyaman sudah terganggu, maka kemarahannya tak lagi lerlu dihasut, karena kenarahan rakyat akan meledak sendiri tanpa perlu digerakkan oleh siapapun. Sebab sejatinya sikap sabar manusia Indonesia itu jadi semakin sulit dikendalikan ketika sikap amuk sudah melampaui puncak klimaknya. Toh, manusia Indonesia itupada dasarnya mendambakan juga kemerdekean seperti yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945.

Manusia Indonesia pun ingin bebas dari rasa tertekan atau kezaliman sekecil apapun yang mereka rasakan telah menderanya.

Dalam konteks ini pemahaman dan pengertian pada keimanan tanpa diwujudkan dalam bentuk perbuatan yang nyata, akan sia-sia, tandas Iwan Samule. Hingga suasana diskusi pun makin marak ketika Pakde Heru aktivis gaek asal Solo mengungkap juga dimensi spiritual dalam perspektif Jawa yang mengandung ragam kekayaan simbolika serta makna filosofis yang luar biasa liputannya. Sehingga pantas dan perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan pada kebangkitan peradaban Nusantara kembali berjaya. (*)

Tanah Tinggi, 5 April 2022

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.