Mengurai Masalah Fenomena Geng Motor di Kalangan Para Pemuda


Oleh Siti Susanti, S.Pd.

JABARBICARA.COM -- Fenomena geng motor di kalangan para pemuda di Kota Bandung makin merajalela, hingga membuat warga ketakutan. Bahkan, warga menilai, Kota Bandung kini lebih menakutkan dibandingkan Jakarta, khususnya pada malam hari. 

Baru-baru ini, geng motor beraksi pada malam takbiran Idul Adha, Sabtu (9/7/2022) lalu. Berdasarkan rekaman CCTV yang beredar luas di medsos, terlihat geng motor menyerang warga yang tengah nongkrong di pinggir jalan. Dari informasi yang dihimpun, peristiwa tersebut terjadi di kawasan Jalan Cipedes Tengah, Sukajadi, Kota Bandung. Akibatnya, seorang warga mengalami luka sabetan benda tajam di kepalanya. 

Peristiwa serupa juga terjadi di kawasan Jalan Lengkong Kecil yang dikenal sebagai kawasan kuliner malam (street food) di Kota Bandung. Dalam video yang beredar di medsos, peristiwa tersebut diketahui terjadi Minggu (10/7/2022) pukul 02.00 dini hari. 

Fenomena geng motor ini seharusnya menjadi evaluasi bagi semua pihak. Tentang pemuda,  yang seharusnya sudah siap mengisi peradaban bahkan menjadi pemimpinnya. Tentang manusia,  karena apakah menjadi hilang rasa kemanusiaannya?

Terus terang penulis merasa sedih dan miris melihat fenomena ini, dan berupaya mengurai latar belakang penyebab untuk mencari solusi, agar tidak lagi terulang peristiwa serupa di masa akan datang.  

Kehidupan kapitalistik saat ini,  seperti yang dirasakan bersama,  menjadikan sesuatu yang bersifat materi menjadi yang utama. Hal ini nampak dalam berbagai ranah kehidupan. 

Dalam keluarga,  ayah ibu menjadi sibuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan, menyebabkan pendidikan terutama adab terhadap anak menjadi terabaikan. 

Dalam ranah sekolah, lembaga yang menjadi harapan bagi sebagian orang tua menjadi bengkel akhlak, seringkali malah dominan pengajaran dibanding pendidikan.  Nilai-nilai kognitif dikejar,  sementara nilai-nilai ruhiah spiritual sering terlupakan. 

Ditambah lagi, di zaman nirkabel saat ini, berbagai tayangan termasuk kekerasan sangat mudah diakses,  seolah tanpa batasan. 

Berbagai aspek ini berkelindan, membentuk gambaran karakter pemuda yang seolah tidak mengenal kemanusiaan, mewujudkan eksistensi diri berupa kekerasan secara bergerombol semisal geng motor di Bandung,  atau klitih di Yogyakarta. 

Solusi diberikan saat nasi sudah menjadi bubur,  berupa tindakan kuratif yang tentunya tidak akan menyelesaikan masalah hingga ke akarnya. 

Taubatan nasuha, tampaknya kata yang tepat untuk memulai mengurai masalah geng motor ini. 

Taubatan nasuha karena banyak lalai dalam mengurus keluarga,  abai dalam membina manusia,  dan melupakan nilai ruhiah spiritual dalam pendidikan. 

Syariat Islam sebetulnya sudah memberikan solusi jitu dalam membentuk manusia berkepribadian Islami, memanusiakan manusia dengan tuntunan yang memuaskan akal serta menentramkan hati. Diantaranya dengan beberapa konsep berikut: 

Pada usia prasekolah,  keluargalah sebagai pendidik pertama dan utama,  menanamkan dasar-dasar keimanan,  adab maupun akhlak. Prinsipnya, adab sebelum ilmu. Rumahlah pemegang peran pertama dalam menanamkan rasa kasih sayang. 

Pada usia sekolah, akidah Islam adalah dasar dalam pendidikan. Pada tahap ini, ilmu disampaikan dalam rangka membekali siswa dalam menjalani kehidupan dunia menuju akhirat. Rida Allah adalah tujuan kehidupan yang selalu ditanamkan kepada siswa. Prinsip pada tahap ini,  ilmu sebelum amal. 

Adapun di perguruan tinggi, berbagai ilmu bisa lebih leluasa dipelajari.  Yang sejalan dengan aqidah Islam untuk diamalkan, adapun yang bertentangan tidak boleh diamalkan. 

Keberadaan sistem mendukung terwujudnya manusia berkepribadian Islam yaitu dengan dukungan pendidikan gratis dan berkualitas yang disediakan oleh negara. 

Negara juga berperan dalam mengontrol keberadaan media. Seluruh konten/tayangan harus sesuai dengan akidah dan syariat Islam. Sehingga konten/tayangan yang bertentangan akan dilarang. 

Di sisi lain, negara juga memberlakukan hukum yang setimpal berupa qisas sebagaimana dijelaskan dalam surat Albaqarah 178-178, yang akan mberikan efek jera pada pelaku tindak kekerasan.

Dengan solusi ini, Islam mampu menyiptakan pemuda-pemuda harapan pemimpin peradaban. Catatan sejarah, mampu membuktikannya. 

Sosok Muhammad Alfatih, sangat layak menjadi sosok panutan pemuda saat ini.

Ia adalah sosok berani, bahkan mampu meminpin peperangan melawan musuh. Pada usia 21 tahun, menjadi satu-satunya tokoh pembukti bisyarah Rasulullah dengan menaklukkan benteng Konstantinopel, yang selama sekitar 8 abad lamanya belum tertaklukkan.

Di sisi lain, Alfatih sangat mencintai ilmu,  menguasai 6 bahasa, memiliki tawakal yang tinggi kepada Allah, rendah hati, dan menjaga ibadah, bersikap adil serta tidak menumpahkan darah tanpa hak.

Demikianlah, dukungan secara sistemik akan mengantarkan pemuda sebagai generasi harapan, pemimpin peradaban. Dan Islam, memiliki solusi komprehensif dalam mengurai masalah fenomena geng motor di kalangan para pemuda. **

* Pengelola Majelis Zikir Assakinah


0 Komentar :

    Belum ada komentar.