Pameran Virtual “Perempuan, Seni dan Pandemi (17 Oktober – 17 November 2021)


JABARBICARA.COM-- Pameran Perempuan seni dan pandemi resmi di buka oleh Prof Setiawan Sabana pada hari minggu (17/10/2021), yang ditayangkan secara online. Hadir dalam kesempatan tersebut perupa, partisipan, dan juga pengunjung online. Dalam kesempatan tersebut penggagas event akbar ini dan juga sekaligus pengelola garasi seni 10 bandung menyampaikan bahwa peristiwa seni (seni rupa dan beragam seni lainnya) sudah diselenggarakan sejak tahun lalu 2020 dengan tema "Kembang Kertas Sejagat Mewangi Nusantara" yang diikuti oleh sekitar 100-an perempuan perupa di Indonesia, bahkan perupa mancanegara. Peristiwa seni itu mendapatkan apresiasi yang tinggi dari berbagai kalangan kebudayaan di dalam dan luar negeri.

Acara yang saya maknai sebagai gerakan kaum perempuan dalam seni rupa di Indonesia. Alhamdulillah. Kali ini, Peristiwa seni 2021 merupakan semangat kaum ibu tahun lalu yang berharap terus berlanjut setiap tahun. Peristiwa seni 2021 kali ini saya gagas dengan tema "Perempuan, Seni, dan Pandemi" mengingat masa pandemi covids # 19 sedang merebak di Indonesia yang cukup banyak menelan korban. Prinsip bahwa kreativitas seni kaum perempuan tidak boleh padam sambil tetap menjalankan tugas domestiknya. Demikian paparan dari Profesor Setiawan Sabana dalam peresmian pameran akbar tersebut.

Sambutan dan peresmian pameran oleh Prof. Setiawan Sabana (poto: istimewa)

Animo dan semangat kaum ibu yang tergabung dalam media WAG tetap bergairah. Klendati pandemi berlangsung aspirasi terhadap seni tidak berhenti. Lahirlah karya-karya yang memukau. Peristiwa kedua ini kian memberikan gambaran "kreativitas tanpa batas" mereka. Gerakan kreativitas ini bukan sebuah aspirasi femininisme seperti di Barat, tapi upaya tetap bergandeng tangan dengan kaum pria. Sedang berlangsung dan meningkatnya semangat kebersamaan Nusantara.

Pembacaan Puisi oleh Nuning Damayanti (poto istimewa)

Mari kita songsong peristiwa seni ini sebagai bentuk kemajuan Bumi Pertiwi Tercinta: Indonesia. Pandemi Covid-19 ini telah berdampak pada berbagai sektor, tidak saja sosial, ekonomi, namun juga seni budaya. Pada situasi ini pandemi juga berdampak lebih berat pada perempuan yang notabene memegang porsi besar dalam rumah tangga dan sektor usaha informal, termasuk laku seni. Hal ini terasa sekali pada masa penerapan kebijakan pembatasan jarak sosial oleh pemerintah, yang mengharuskan banyak aktivitas di ruang publik untuk dilakukan di dalam rumah. Di masa ini perempuan tidak hanya memangku tanggung jawab domestik rumah tangga, tetapi juga sangat berperan pada pendidikan dan kesehatan, bahkan pada situasi tertentu perempuan memegang peranan mencari tambahan nafkah alternatif ketika terjadi pemutusan hubungan kerja atau pengurangan income dari mata pencahariannya. Rapid Gender Assesment (RGA) dan UN Women di Eropa dan sentral Asia menemukan selama pandemi covid-19, pekerja perempuan yang masih bekerja bahkan kehilangan 50% jam kerja mereka, sementara laki-laki 'hanya' kehilangan 35% jam kerja, selain itu lebih dari 15% perempuan kehilangan pekerjaan, 41% perempuan mengalami penurunan upah kerja dan terjadinya peningkatan jam dan beban kerja perempuan dalam keluarga. Pada beberapa wawancara, salah satunya dikutip berdasarkan wawancara BBC kepada beberapa perempuan untuk berkisah kejadian pandemi, bahwa selama pemberlakukan kebijakan bekerja dari rumah, perempuan tidak hanya mengerjakan pekerjaannya saja melainkan juga harus mengerjakan serangkaian pekerjaan rumah tangganya seorang diri, sementara pada beberapa laki-laki sebagai pencari nafkah bisa dengan tenang bekerja dari rumah tanpa harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga, ataupun mendampingi anak belajar daring. Peran rangkap yang telah terjadi sebelum covid-19 telah dirasakan oleh perempuan, di masa ini bertambah lagi. Diisamping banyak kekerasan dalam rumah tangga kian bertambah akibat tekanan hidup yang juga berlebih.

Oleh karena beban tanggung jawab dan beban yang diemban oleh perempuan dirasa besar, dapat dikatakan perempuan memiliki posisi penting pada garda terdepan, mulai dari level keluarga, masyarakat maupun negara dalam penanganan wabah ini. Namun begitu berbagai tantangan yang dihadap perempuan dari berbagai belahan dunia hendaknya tidak menyurutkan semangat perempuan dalam berkiprah dalam berkehidupan, termasuk dalam berkesenian. Karena ketidakpastian dalam pandemi ini adalah sesuatu yang pasti, dan terpuruk dalam keputusasaan ataupun tenggelam dalam kesedihan bukanlah suatu jalan keluar. Sehingga perlu kita sadari bahwa segala sesuatu terjadi untuk sebuah alasan, dan kita ciptakan paradigma “dalam sebuah kesempitan selalu terdapat sebuah kesempatan”. Kita dapat mengambil waktu untuk menyelami diri dan memberi ruang kesadaran baru, pada keberkahan dan potensi diri kita, yang terkadang tersembunyi dan terlupakan. Dalam waktu yang singkat, manusia menjadi tersadar akan kefanaan dunia dan arti penting nilai-nilai kasih serta kemanusiaan. Pandemi adalah sebuah peristiwa revolusi yang tidak saja meluluh lantakkan jaringan sistem yang telah terbentuk, namun turut serta mengubah cara pandang sistem sosial dan interaksi antar manusia. Wabah yang mendunia ini bukan hanya sebuah bencana, namun dapat ditenggarai menjadi titik balik dan revolusi sebuah peradaban serta nilai kemanusiaan.

Seperti yang diutarakan Grace Lee Boggs activist, philosopher dan feminist, yang juga pengarang buku “The Next American Revolution: Sustainable Activism for the Twenty-First Century”, Grace mengatakan :
Sebuah revolusi yang didasarkan oleh orang-orang yang menggunakan kreativitas mereka di tengah kehancuran adalah salah satu kontribusi sejarah besar umat manusia.”

Perupa handal Indonesia yang sekaligus sebagai ketua pelaksanan pameran akbar ini menyampaikan bahwa pameran “Perempuan, Seni dan Pandemi” yang diprakarsai oleh Prof. Setiawan Sabana sebagai tonggak kebangkitan. Sebuah pameran dengan semangat gotong royong dan antusias yang besar, disubmit oleh perupa perempuan dari berbagai propinsi nusantara, telah berhasil menjaring 205 peserta yang mendaftar, dengan hasil kurasi sebanyak 2 puisi, 8 performance, tari dan pertunjukan, 1 sound Art, 5 video art, 135 karya rupa dua dan tiga dimensi, dari 151 perupa wanita. Karenanya keberlangsungan pameran ini, dapat kita jadikan salah satu titik balik gerakan seni budaya. Mengingat pameran Perempuan, Seni dan Pandemi kali ini tidak hanya membawa sebuah wacana pameran berbasis gender dan estetika, namun juga sebuah tonggak resilience untuk saling support dan memperluas wawasan seni budaya perupa perempuan nusantara. Sebuah pameran tidak saja menjadi wadah kesehatan mental dan rasa kemanusiaan, tetapi juga mengambil posisi untuk merepresentasikan seni pada masanya.

Kurator Anna Sungkar memandu audience untuk tour virtual gallery

Anna Sungkar selaku Kurator menyampaikan sebagai kurator saya sangat senang bahwa para seniman perempuan terus berkarya di masa pandemi. Masa pandemi dalam 2 tahun terakhir memang berat namun tidak menurunkan semangat, mereka menghasilkan karya-karya yang merefleksikan suasana pandemi dengan eksekusi karya yang baik. Hal itu terlihat pada karya2 seperti Atien Purwaningsih, “Rasaku, inginku (New Hope)”, Dyah Paramita Candravardani, “Semusim Berlalu: Bertahan dan Berharap”, Siti Neneng Maya, “Belajar Dari Rumah”, Ferica Talia Tan, “Fragmen dan Sentuhan Virtual”, Priska Yeniriatno, “Defense of P_Monster”, Tini Jameen, “The Story of 12.00 pm”, Eka Noviana, “Nebar Luing Naping Sari Sampar”, Maria Ruswita Dewi dan Riska Ratnawati, “Bising”, dan Ariesa Pandanwangi, “Nyi Roro Kidul in Pandemic Period”. Di mana pada karya tersebut kita melihat kehidupan sehari-hari, tradisi, dan alam menjadi sumber inspirasi dalam karya-karya mutakhir mereka.

Co Curator Kenny Soeriaatmadja memandu audience untuk tour virtual gallery

Kegiatan pameran yang berlangsung selama 1 bulan akan diisi oleh berbagai kegiatan yang menarik dan dapat dihadiri oleh masyarakat luas dan mahasiswa, sekaligus mendukung kampus merdeka, yaitu #1 program Workshop Sustainable/ Upcycled Fashion, Pemateri: Ambar Kusuma, Waktu : Senin 8 November 2021, Pukul: 9.30-11.30, dengan materi: “Gaya Berkesenian Bauran Seni Terapan, Upcycled Fashion & DNA budaya Indonesia"Selamat mengapresiasi. #2 Workshop Tari Mandau Bawi. Pemateri Tris Sofia Wartina. Waktu 6 November 2021. Pukul 09.30 – 11.00 Wib. Materi Tari Mandau Bawi. #3 Workshop Keramik, Pemateri: Endang Lestari, Waktu : 12 November 2021, Pukul: 9.30-11.30, Materi: "Tanah Liat, Estetika Timur, dan Keabadian". #4 Workshop " Digitalisasi Penciptaan Karya Seni", pemateri: Deborah Ram Mozes, waktu : Sabtu, 13 November 2021, Pukul: 9.30-11.30, materi Digitalisasi Kertas dalam Penciptaan Karya Seni. #5 Workshop lukis kolase kulit kayu kapuak, pemateri: Puji Rahayu, tanggal 10 November 2021, pkl: 09.00-10.30 WIB. Selamat mengapresiasi. (Arst/Jabi)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.