Perkawinan Media Musik Dan Sastra Terungkap Dalam Workshop Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Berbasis Informasi dan Teknologi (IT) Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut


Oleh: Budi Firdaus

JABARBICARA.COM:--- Guru-guru di wilayah Malangbong Garut dan sekitarnya mengikuti Workshop media pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berbasis Informasi dan teknologi (IT). Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Kelompok PPL Mahasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Institut Pendidikan Indonesia (IPI Garut), Rabu (17/7), bertempat di Gedung PGRI Cabang Malangbong, Garut, Jawa Barat.

Selain guru-guru, Workshop ini diikuti pula oleh para kepala sekolah yang tergabung PGRI Cabang Kecamatan Malangbong. Secara resmi acara dibuka oleh Agus Atin, BA., S.Pd., selaku Koorwil  Bidang Pendidikan Kecamatan Malangbong. Sedangkan narasumber dalam workshop ini didatangkan dari berbagai kalangan. Dr. H. Abdul Hasim, M.Pd., dari Institut Pendidikan Indonesia (IPI Garut) sekaligus sebagai dosen pembimbing mahasiswa S-2 PBSI yang sedang melaksanakan kepanitian workshop. Kemudian, Dr. Nenden Lilis Aisyah, M.Pd. dosen dan sastrawan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI Bandung), Yari Jomantara yang lebih akrab dipanggil Ari Kpin dari kalangan musisi dan apresiasi puisi, dan narasumber lainnya adalah Dadang, S.Pd., dan Ai Kamelia Nursyamsi, S.Pd. dari mahasiswa S-2 PBSI IPI Garut.   Adapun panitia lain yang super hebat menyukseskan acara tersebut sebagai pembawa acara Yanti Susanti, S.Pd., Moderator Ai Juhana, S.Pd.,dan Acep Ridwan, S.Pd., serta selaku tim ketatalaksanaan Desi Sugiatri, S.Pd.

Mahasiswa Magister PBSI IPI Garut Poto Bersama dengan Dosen dan Peserta Selesai Workshop Media Pembelajaran, Malangbong Garut, 17/7/2019

“Workshop media pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berbasis IT ini diberikan kepada guru-guru, kepala sekolah baik SD maupun SMP bertujuan supaya peserta dapat memetik manfaat akan pentingnya media sebagai penunjang berhasilnya pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah yang dewasa ini media berbasis teknologi sudah berada di tengah-tengah kita sebagai pelaku pendidikan”,  kata Dadang saat membuka workshop.

Ia menambahkan, melalui workshop ini diharapkan menambah wawasan tentang media inovatif pada pembelajaran yang dilakasanakan para guru. Dadang sebagai narasumber sekaligus ketua panitia memperjelas istilah inovasi ‘penemuan’. Menurutnya dalam pengadaan media inovasi para guru sebenarnya harus mengacu pada tiga istilah penemuan yaitu “discovery”, ”invention”, dan ”innovation”.

Discovery suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Misalnya penemuan benua Amerika yang ditemukan Columbus 1492. Lalu istilah Invensi juga berarti suatu penemuan yang benar-benar baru hasil kreasi manusia yang belum ada sebelumnya, misalnya teori belajar, teori pendidikan, mode pakaian. Sedangkan istilah ketiga Inovasi yang berarti suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu salah satunya untuk memperjelas materi pelajaran. “Oleh karena itu melalui Lokakarya ini mudah-mudahan para guru terinspirasi untuk membuat media pembelajaran baik sebagai invensi, diskaveri maupun inovasi  supaya peserta didik termotivasi untuk belajar”, ujar Dadang yang juga sebagai Sekretaris PGRI Cabang di kecamatan tersebut.

Workshop media pembelajaran bahasa dan sastra berbasis IT ini berlangsung dari pukul 08.00 hingga pukul 16.30 WIB. Sambutan sekaligus pemaparan materi juga diberikan oleh Dr. Abdul Hasim, M.Pd. dari IPI Garut. Doktor Abdul Hasim memberikan pencerahan tentang penggunaan Bahasa Indonesia kepada para guru.  Beliau menyoroti penggunaan Bahasa  Indonesia dewasa ini banyak “tergerus” oleh penggunaan bahasa asing.  Seolah-olah penggunaan Bahasa Indonesia terasa asing di negerinya sendiri. Beliau menyoal maraknya penggunaan bahasa di ruang-ruang publik dipenuhi dengan kata-kata berbahasa Inggris.

Banyak istilah Inggris menghiasi kebijakan publik, ruang pertemuan bahkan iklan pun dihiasi dengan istilah berbahasa Inggris, seperti untuk pasang iklan  ayam goreng saja mereka lebih senang dengan istilah fried Chiken. Contoh lain car free day, no smoking area, three in one. ”Jika itu dilakukan berarti kita belum bangga menggunakan Bahasa Indonesia di negeri sendiri padahal bangsa lain di luar negeri sana, hampir 45 negara sudah mempelajari bahasa Indonesia melalui BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) dengan jumlah penutur sekitar 400 juta di kawasan Asia Tenggara” tegasnya.

Pada akhir pemaparannya sekaligus sambutannya Abdul Hasim menegaskan bahwa semoga bahasa Indonesia tidak menjadi bahasa asing di negerinya sendiri. Oleh karena itu gunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Seperti pada nama bangunan atau gedung,  jalan, pemukiman, perkantoran, kompleks perdangangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi dan lainnya supaya kita tetap bangga menggunakan bahasa Indonesia. 

Para guru sangat antusias mengikuti workshop tersebut,  Ai Roprop Uluwiah, Kepala SDN 3 Sanding,  misalnya, mengaku mendapat pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dari para pemateri. “Saya banyak mendapat pengetahuan dan pengalaman tentang media bahasa dan sastra Indonesia ini lewat workshop ini,” ujar Ai.

Pemateri dari mahasiswa lainnya yaitu Ai Kamelia Nursyamsi, S.Pd., Ibu guru yang satu ini memaparkan topik speaking assesment  ‘penilaian berbicara’. Pada prinsipnya ditekankan pada praktik berbicara bukan menulis. Penilaian kemampuan berbicara pengajaran bahasa berdasarkan pada dua faktor kebahasaaan dan non kebahasaan. Ai Kamelia termasuk narasumber termuda pada workshop tersebut, Ai baru lulus S-1 nya dari IPI Garut tahun 2018. “Hendaknya pemberian tugas atau tes berbicara dilakukan semenarik mungkin, menyenangkan peserta supaya mereka tidak merasa tertekan dan dapat mengungkapkan kompetensi berbahasanya secara normal dan maksimal”, paparnya.

Lalu, tes berbicara dapat dilakukan melalui berbagai media dan teknik, misalnya berbicara berdasarkan gambar, berbicara berdasarkan rangsangan suara, berbicara berdasarkan visual dan suara, wawancara, bercerita dan sebagainya. Pada akhir paparannya Ai menugaskan peserta untuk membuat rubrik penilaian berbicara yang baik. Peserta terbaik diberi hadiah menarik berupa buku referensi dari panitia.

“Perkawinan Media Musik dengan Sastra”

Workshop yang diikuti para guru dan kepala sekolah tersebut menghadirkan dosen UPI Bandung yaitu Dr. Nenden Lilis Aisyah, M.Pd.  Nenden memaparkan penerapan media berbasis IT dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Nenden Lilis yang juga sastrawan mengupas bahwa sekarang ini kita sudah masuk abad media. Tak bisa dipungkiri keberadaan media digital sudah ada ditengah-tengah kita, namun kehadirannya harus diperlakukan oleh guru dengan bijak. Ada kalanya tidak semua pembelajaran menggunakan media digital. Guru harus dapat mengemas media dari sumber lainnya juga seperti media lingkungan sekitar. ”Penerapan media yang baik harus sesuai dengan SKKD, atau materi atau kurikulum yang berlaku”. Sarannya.

Ari Kpin dan Nenden Lilis A. (tengah) didampingi Mahasiswa PBSI Panitia Workshop Media

Lebih lanjut Nenden yang juga seorang penulis di berbagai media massa ini mengungkapkan kaitan dengan media IT yang dapat dijadikan bahan atau rujukan diantaranya guru dapat memanfaatkan berbagai sastra di situs internet. Hal ini untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman siswa misalnya pada situs toppuisi.com, rumahpuisi.com., cybersastra.com., sastraindonesia.com. Selain itu, guru dapat memanfaatkan media sosial sebagai pelajaran membuat puisi, pantun.  Misal kita dapat menyuguhkan dua baris pantun sebagai sampiran pada grup WA peserta didik kita, lalu peserta didik dengan bebas akan meneruskan larik bagian isi pantun tersebut. Satu peserta dengan peserta lainnya akan berbeda yang ditulisnya dan dapat dilihat oleh semua peserta yang ada di grup WA tersebut.  Fokus pada media IT, piranti musik dapat digunakan juga seperti proses musikalisasi lebih akan merangsang siswa untuk mengenal puisi baik yang dibuatnya maupun puisi sastrawan lainnya yang ada dalam kurikulum. Nenden mencontohkan pagelaran musikalisasi puisi yang pernah dilakukan oleh Ari KPIN yang juga suami Nenden.

Paparan sesi akhir menjelang sore disuguhkan ulasan dan pagelaran musikalisasi puisi. Panitia dan peserta antusias dan takjub dibuainya! Yari Jomantara yang akrab dipanggil Ari Kpin seorang musisi dan sastrawan ini mengemas bait-bait sajak dengan melodi yang mengalun sekaligus menghentak aula PGRI. Ari Kpin antusiasmenya pada musik dan sastra telah tumbuh sejak bangku SMP hingga sekarang.

Ari Kpin menyederhanakan istilah musikalisasi puisi sama dengan melagamkan atau medendangkan puisi. Ada beberapa beberapa keuntungan yang dipetik dari proses itu. Diantaranya pembelajaran siswa akan hidup, merangasang daya minat dan apresiiasi siswa bahkan siswa lebih akrab dengan karya sastra. Naskah puisi akan cepat hapal serta imajinasi siswa akan terasah.

Ari Kpin mencontohkan pada pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Baca Al-Qur’an tanpa lagam akan berbeda dengan yang menggunakan lagam, karena selain indah, penuh penghayatannya juga mudah dihapalnya. Begitu pun puisi yang bait-baitnya cukup banyak tak mungkin hanya “dihapal” saja, perlu media yang memudahkannya salahsatunya adalah musik lewat musikalisasi puisi. 

Media musik dapat dikawinkan lewat bermusikalisasi puisi. Hal ini dapat dilakukan beberapa teknis tersendiri. Pertama,  puisi dibaca kemudian memakai latar musik yang sesuai untuk puisi tersebut. Kedua, Larik puisi secara utuh diberi titian nada atau puisi didendangkan. Nada untuk puisi yang satu dengan puisi yang lainnya harus berbeda. Nada atau alunan musiknya harus sesuai karakter puisi tersebut. Ketiga, musikalisasi campuran yang berarti ada saatnya baca puisi memakai latar musik ada saatnya lirik puisi tersebut diberi titian nada (didendangkan).  Selain itu Ari Kpin menyarankan kepada peserta dalam memusikalisasikan puisi jangan coba-coba menambah atau menghilangkan kata, frasa atau bait dari karya puisi orang lain, sekalipun hanya satu suku kata saja. Misalnya akan ditambah menjadai akankah.

Lalu, untuk menentukan naskah puisi menjadi musikalisasi puisi hebat terlebih dahulu kita melakukan penelusuran maksud dari penyair itu hingga kita bisa menentukan nada apa yang sesuai dengan sebuah puisi. Misalnya puisi tentang sesuatu yang sendu maka akan dicarikan nada yang sendu pula

Puisi yang telah dikemas menjadi karya musikalisasi puisi Ari Kpin cukup banyak. Ari Kpin dengan apik melantunkan puisi tanpa "merusak” keutuhan puisinya. Puisi karya Taufik Ismail, Orang Indonesia Gagap Berbahasa Inggeris misalnya  dikemas apik lalu dilantunkan Ari Kpin pada awal pertunjukkannya membuat semua peserta terpukau. Beberapa puisi lainnya diantaranya, “Aula Cinta” (terjemahan puisi korea/ Yung Dong Ju), “ Jaka Tarub” karya Cecep Syamsul Hari, “Kangen” miliknya W.S Rendra,  ”Proklamasi 2” karya Hamid Jabbar bahkan puisi  “Di Negeri Pohon-Pohon Kastanya”, milik Nenden Lilis A., sang isteri Ari Kpin ikut serta dimusikalisasikannya. (Budi Firaus/Jb)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.