Selamatkan Generasi Penerus Bangsa Dari Stunting


Oleh : Lilis Suryani ( Guru Paud Dan Pegiat Literasi)

JABARBICARA.COM -- Adanya temuan kasus stunting belakangan ini cukup mengejutkan, pasalnya Tim Percepatan Stunting Kabupaten Garut menemukan sebanyak 29.000 lebih balita di Garut yang mengalami stunting. Mirisnya, jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah mengingat pengukuran dan penimbangan baru dilakukan terhadap 80 persen balita. Artinya belum seluruh balita di Kabupaten Garut di cek pertumbuhannya.

Ironisnya, kasus stunting yang tidak kunjung terselesaikan ini beriringan dengan euforia Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang setiap tahun diperingati. Seperti tahun ini Harganas 2022 mengangkat tema “Ayo Cegah Stunting Agar Keluarga Bebas Stunting”.

Sepakat dengan Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, yang menyatakan bahwa penanganan stunting bukan hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan. Sebab, stunting bisa disebabkan beberapa faktor, diantaranya sanitasi yang kurang baik atau persoalan air bersih.

Berkaitan dengan Stunting, sebenarnya merupakan  masalah yang sifatnya sistemik bukan teknis sehingga solusi pragmatis tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan.

Adanya Harganas hingga saat ini terbukti belum mampu menyelesaikan kasus stunting yang dialami anak bangsa. Nyatalah kegagalan sistem demokrasi-kapitalisme yang tidak mampu melakukan pencegahan stunting . Untuk itu perlu upaya menyeluruh dalam menyelesaikan stunting dari akarnya.

Jika tadi dikatakan bahwa masalah stunting ini perlu perhatian semua pihak. Maka penulis memandang, pelibatan para pemuda sebagai agent of change mestinya bisa turut memperhatikan terkait penuntasan masalah stunting ini. Namun kembali, para pemuda pun tidak boleh terjebak pada aksi insidental saja atau bergerak hanya pada tataran pragmatis.

Melainkan para pemuda hendaknya memikirkan upaya penuntasananya secara revolusioner, artinya mendasar dan menyeluruh. Karena stunting adalah dampak dari berbagai persoalan yang dialami negeri ini dari semua aspek kehidupan, seperti ekonomi, pendidikan, ketahanan pangan, politik hingga sosial budaya.

Jika persoalan negeri ini sudah pelik dan sistemik, maka penyelesaiannya pun mesti pada tataran perbaikan masalah sistem kehidupan dan tata kelola negeri ini. 

Sebagai muslim tentu kita mesti memandang semua persoalan dari kacamata agama Islam bukan yang lain. Sebagaimana firman Allah di QS Al A'raf ayat 52, yang artinya: " Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur`ân) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman".

Sungguh di dalam Al-Quran itu terdapat petunjuk bagi kita orang-orang yang beriman. Inilah persoalannya, maukah kita beriman dan meyakini bahwa Al-Quran bisa menjadi penyelesai semua persoalan.

Dalam Islam, kasus stunting jika benar ada akan mudah diatasi, bahkan sebenarnya jika melihat mekanisme pengaturan urusan rakyat dalam Islam, kasus stunting nyaris tidak mungkin terjadi.

Hal ini dikarenakan dalam Islam, masyarakat akan secara real disejahterakan bukan hanya sebatas tujuan bernegara namun nihil dari sisi perealisasian. Kesejahteraan rakyat merupakan amanah langsung dari Sang Khalik kepada pemimpin negara.

Dengan semangat mengamalkan hadits yang diriwatkan Abdullah bin Umar mengatakan, Rasulullah SAW berkata, "Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka."

Maka dari sini pemimpin di dalam Islam akan dengan sungguh-sungguh mengabdikan didirikan untuk kepentingan rakyat.

Selain itu, Islam memberi perhatian penting dalam mewujudkan generasi sehat dan cerdas. Negara akan memenuhi kebutuhan pokok rakyat dengan sebaik-baik pelayanan. Inilah di antara upaya negara untuk mencegah stunting:

Pertama, menerapkan sistem politik ekonomi berbasis syariat Islam. Negara mengelola SDA serta mengatur kepemilikan umum dan negara untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.

Kedua, negara menyediakan lapangan kerja yang cukup bagi para ayah agar dapat memberi nutrisi dan gizi yang layak untuk keluarganya.

Ketiga, negara membangun infrastruktur publik yang lengkap, seperti sarana dan prasarana pendidikan serta kesehatan agar seluruh warga dapat menikmati pelayanan dengan baik, murah, bahkan bisa gratis. Negara tidak akan kekurangan dana menghidupi rakyatnya. Sebab, APBN negara berbasis Islam memiliki banyak pos dan sumber pemasukan, seperti fai, kharaj, jizyah, zakat, barang tambang, dan sebagainya.

Dengan mengubah paradigma dan fungsi negara sesuai Islam maka masalah stunting, kemiskinan, dan kelaparan akan terurai secara tuntas. Penerapan kapitalisme adalah sumber masalah bagi kesejahteraan rakyat. Selama sistem ini tidak tercerabut dari kehidupan masyarakat maka tidak akan lahir generasi sehat badannya, cerdas akalnya, dan bersih hatinya. Hanya dengan Islam barulah akan terwujud generasi cemerlang dan berkualitas. (**) 

 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.