Sangat Nelangsa! Petugas Medis Spanyol dan Inggris Pakai APD dari Kantong Sampah


JABARBICARA.COM-- Di negara-negara Eropa pandemi COVID-19 semakin meningkat. Di Spanyol misalnya, jumlah pasien dilaporkan mencapai lebih dari 140 ribu orang. Demikian juga di Inggris, kasus infeksi COVID-19 lebih dari 51 ribu kasus dengan kematian lebih dari 5 ribu jiwa.

Sejauh angka peningkatan kasus Covid-19 tersebut, kondisi ini tidak dibarengi dengan kecukupan perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para petugas medis. 

Bloomberg (21/03/2020) melaporkan, para dokter Eropa putus asa hingga terpaksa memakai tas sampah untuk APD mereka. Tidak hanya itu, banyak kasus, dengan kondisi seperti itu, para dokter di Eropa terinfeksi COVID-19. 

"Di beberapa rumah sakit di Spanyol, dokter dan perawat menggunakan karung plastik sampah untuk lengan sebagai memproteksi mereka. Sementara mereka bekerja menyelamatkan banyak pasien yang berjuang untuk bernapas, mereka kehabisan jas pelindung sekali pakai," tulis jurnalis Bloomberg.

Sementara, dalam laporannya, News Maker pada Senin (06/04/2020) menggambarkan kondisi para dokter Inggris yang terlihat kewalahan lantaran dihadapkan pada krisis kekurangan fasilitas serta peralatan rumah sakit.
Mengutip hasil wawancara BBC, News Maker lantas menuliskan kisah seorang dokter yang juga mengaku memakai plastik sampah untuk APD. Sebut saja nama samarannya Dr. Robert. Ahli medis Inggris inipun menerangkan bagaimana ia dan timnya terpaksa memakai plastik sampah untuk pelindung diri lantaran rumah sakit tempat dia bekerja berada pada ambang kritis.

"Unit perawatan intensif sudah penuh dengan pasien COVID-19, semua operasi non-darurat, termasuk klinik kanker, telah ditunda. Ada kekurangan personel, tempat tidur, antibiotik dasar, dan alat bantu pernapasan.""Tetapi yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah bahwa profesional kesehatan yang merawat pasien dalam perawatan intensif selama 13 jam sehari mencoba membuat barang-barang seperti kantong sampah, celemek plastik, dan kacamata ski yang mereka pinjam untuk melindungi diri mereka sendiri," tulis News Maker.

Tidak hanya itu, News Maker juga melaporkan bagaimana banyak petugas layanan kesehatan di Inggris tanpa APD yang memadai harus bekerja dengan jarak 20 cm dari para pasien terduga COVID-19. Padahal, seperti diketahui, tanpa perlindungan memadai, individu setidaknya harus menjaga jarak atau physical distancing minimal 2 meter.

Sementara itu, pemerintah Inggris mengakui bahwa ada kekurangan pengiriman peralatan pelindung kepada para staf kesehatan. Namun, dalam keterangannya, otoritas mengklaim bahwa tim dukungan logistik nasional tengah berupaya keras memberikan peralatan medis yang diperlukan, termasuk masker canggih yang dikatakan dikirim ke rumah sakit-rumah sakit Inggris sejak 1 April lalu.

Meski demikian, dalam pengumuman tersebut, tidak ada laporan terkait dengan bahan serta pakaian pelindung lengan panjang yang bisa melindungi bagian kepala. Dalam hal ini, Roberts juga mengaku bahwa dia belum menerima bahan pelindung hingga peralatan medis yang dimaksud oleh pemerintah.

"Semua masker filter yang kami gunakan saat ini telah melewati tanggal kedaluwarsa dan tanggal baru telah dicetak. Kemarin kami melihat bahwa tanggal kedaluwarsa diperbarui tiga kali dalam satu masker. Yang pertama adalah 2009, yang kedua berakhir pada 2013, tanggal yang baru dicetak pada mereka semua, 2021," ucap Roberts.

Terkait dengan masalah ini, Badan Kesehatan Inggris telah membuat pernyataan dengan menyebutkan bahwa semua bahan pelindung, yang tanggal kadaluwarsanya telah diperbarui, sudah diuji secara ketat.

Tidak hanya itu, pemerintah juga mengklaim telah menyediakan layanan telepon darurat bagi para staf kesehatan yang membutuhkan APD.

Roberts menampik klaim pemerintah tersebut. 

Dalam keterangannya, dokter Inggris ini melaporkan bagaimana salah satu rekannya akhirnya terjangkit karena merawat pasien intensif COVID-19 tanpa APD yang memadai.

Kasus tertularnya dokter Inggris yang diceritakan Roberts ini menunjukkan bahwa staf medis di negara-negara Eropa, seperti Spanyol, Inggris dan Italia memiliki ancaman besar dalam merawat pasien COVID-19.

Pada 27 Maret lalu misalnya, Menteri Kesehatan Spanyol sempat mengumumkan bahwa 9.400 petugas kesehatan di negara itu telah positif terkena virus corona. Sementara, pada 30 Maret, sekitar 6.500 ahli medis di Italia juga disebutkan ikut terjangkit COVID-19.Sementara di Inggris, 7 petugas kesehatan dilaporkan tewas setelah terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Dengan alasan krisis APD hingga ancaman risiko penularan COVID-19 yang dihadapi petugas medis ini, Roberts pun memberikan pesan kepada masyarakat luas agar tetap tinggal di rumah.

"Tetapi, (saya) sangat frustasi melihat taman dan pasar (masih) penuh dengan orang. Tolong tetap di rumah!" pesan Robert. Sumbet: acurat.co 

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.