Wartawan di Tengah Himpitan Prihatin

GARUT, JABARBICARA.COM-- Seorang ayah dengan profesi wartawan berpamitan kepada anaknya, "Doakan ayah, Nak!"

Demikian ditulis seorang wartawan Garut, Apih Joe dengan kesan memberi  banyak isyarat. Ditulis dalam WA Grup IWO Garut.

"Itu ungkapan yang memendam banyak harapan di lapangan. Lapangan wartawan sebagai arena pertaruhan peruntungan serta kehormatan diri dan profesinya," ungkap Apih Joe dalam tulisannya itu. Jum'at (24/04/2020)

Senyatanya, Apih Joe menduga, jauh dilubuk hati para jurnalis, mereka berharap mendapat perhatian sesuai kapasitasnya dari pemerintah yang dapat diandalkan untuk keberlangsungan kehidupan bersama keluarganya. Harapan tersebut, justru lebih menerjal saat dampak Covid-19 semakin menekan kehidupan ke titik penderitaan yang sebenarnya.

Terkait itu, sebelum isu Covid-19 merebak, berdasarkan pantauan Aliansi Jurnalis Indoneaia (AJI), kebutuhan jurnalis sangat kompleks. Selain untuk kebutuhan rumah tangga, pakaian, dan hiburan, mereka juga harus memenuhi ongkos teknis seperti biaya transportasi lapangan, perawatan laptop, ponsel berikut pulsa dan paket data. Kumparan (08/02/2020)

Menurut pihak AJI, dengan tiada jaminan upah atau penghasilan yang memadai, diyakini wartawan tak bisa memenuhi kebutuhannya secara utuh. Lalu bagaimana bisa profesional, kalau mereka harus putar otak untuk mencari tambahan penghasilan di luar kerja-kerja jurnalistik.

Apih Joe tentu setuju dengan hal itu. Terlebih kini, lanjut Apih Joe, Covid-19 semakin menampakan dampaknya.

"Pandemi Covid 19 sekarang ini memang telah memporak porandakan sendi ekonomi di semua lini sehingga tiada satu pihakpun dapat menghindar dari cengkraman kesengsaraan, tak terkecuali jurnalis. Sangat peihatin!," kata Apih Joe.

Menurut Apih Joe, sudah banyak wartawan meninggal akibat terpapar Covid 19.

"Akan tetapi, hal tersebut tak menyurutkan langkah sang pemburu berita untuk terus menelusuri informasi yang akurat demi berita yang berharga bagi khalayak," kata Apih. (TG)