Harga Gabah terus Melonjak, Anggota DPR RI Hj. Itje Prihatin, Banyak Penggilingan Padi Tradisional Berhenti Beroperasi dan Bangkrut


MAJALENGKA, JABARBICARA.COM -- Anggota DPR RI, Hj. Itje Siti Dewi Kuraesin, S.Sos., M.M.,  merasa prihatin atas banyaknya pabrik penggilingan padi di Majalengka yang berhenti beroperasi, akibat harga gabah terus melonjak  yang tak sebanding dengan harga jual beras di pasaran. Bahkan sebagian sudah benar-benar bangkrut dan tak bisa bangkit lagi.

Politisi Partai Golkar ini mengungkap laporan dari Pikiran Rakyat, telah terjadinya kebangkrutan massal penggilingan tradisional di wilayah Kec. Jatitujuh dan Kertajati. Media CNBC pun menyebut, terhentinya operasi salah satunya disebabkan tak mampu bersaing dengan penggilingan modern.

"Para pengusaha kecil ini tengah terpuruk, karena harga gabah dari petani cukup tinggi. Sementara mereka tak mampu menghasilkan beras premium akibat mesin penggilingan yang sudah tua. Akibatnya, harga beras yang mereka hasilkan diterima rendah oleh pasar. Padahal mereka membeli gabah kering panen (GKP) dengan harga yang sudah di atas HPP," kata Itje yang juga caleg DPR RI dari Dapil Majalengka - Sumedang - Subang.

Menurutnya, saat ini penjualan beras di pasaran sedikit lesu dampak dari bantuan pemerintah yang turun secara serempak, sehingga mempengaruhi omset penjualan dan harga penjualan beras di pasaran. Akibatnya, pelanggannya yang biasa dipasok menetapkan harga rendah dengan alasan stok masih tersedia serta penjualan lesu.

Beberapa penggilingan yang tersisa, lanjut Itje, kini hanya menggiling sekadarnya jika ada pesanan untuk mempertahankan pelanggannya, walaupun harga pembelian gabah dengan harga jual beras tidak sebanding. "Sebagian lagi kini hanya beroperasi seminggu tiga kali. Ini dilakukan untuk mengurangi beban operasional yang lumayan besar. Yang jelas, betapa banyaknya pekerja yang kehilangan mata pencaharian," kata mantan Bendahara DPD Partai Golkar Jabar ini.

Untuk itu, ia menyarankan, perlu keberpihakan pemerintah untuk memproteksi keberadaan penggilingan tradisional, antara lain dalam bentuk menyertakan mereka menyiapkan beras dalam program Bantuan Pemerintah Non Tunai (BPNT). "Jangan sampai program itu dimonopoli perusahaan-perusahaan besar. Namun tentu saja penggilingan tradisional mesti meningkatkan kualitas hasil berasnya," tegas Itje.***


0 Komentar :

    Belum ada komentar.