Holil Aksan Umarzein: Jangan-jangan atas Hal Aneh ini, Pikiran Kita Menjadi Absurd


GARUT, JABARBICARA.COM-- Kasus mewabahnya virus Corona atau Covid-19 secara global telah menjebak manusia kedalam tingkat kerumitan berpikir.

Covid-19 ternyata masih terus eksis dalam peningkatan angka penyebarannya.

Secara top-down pemerintah melakukan kebijakan responsif untuk menghindari, mengurangi, dan mengatasi dampak bencana covid-19 ini.

Aturan jaga jarak yang tadinya berlaku bagi ODP dan PDP dalam bentuk isolasi, baik di rumah maupun di RS, kini diperluas. Murid belajar di rumah, ASN bekerja di rumah, dan (bahkan) pelaksanaan beribadahpun yang patut dan atau wajib dilaksanakan di tempat ibadah --Mesjid, kini diharuskan di rumah.

Menurut seorang pengamat sosial srkaligus Ketua Umum PM Gatra, H. Holil Aksan Umarzein, kebijakan-kebijakan tersebut jika tidak barengi dengan kepatutan pengawasan dan kebijaksanaan penyerta berupa konvensasi yang memadai, dapat memberi dampak yang hebat terhadap kondisi psikis masyarakat.

Betapa tidak! lanjut Holil Aksan, pada saat pemberlakuan aturan "di rumah saja" diperpanjang masa berlakunya, yang seakan-akan semakin memperketat aturan jaga jarak, pada sisi lain masih banyak orang bebas berkeliaran, mengadakan kerumunan, serta beraktivitas melakukan pekerjaan secara berdekatan.

"Kerumunan di pasar dibolehkan, antri bantuan sembako dibolehkan, pabrik beroperasi dengan ribuan pekerja juga tetap berjalan. Akan tetapi kegiatan Shalat Jum’at dilarang!" kata Holil Aksan.

Bagi Holil Aksan, hal tersebut menjadikan keanehan. 
"Aneh!" ungkap dia. 

Selanjutnya Holil Aksan juga mencontohkan, toko-toko mart tetap dibuka seperti biasa, tetapi mesjid-mesjid ditutup.

"Jika kita bandingkan populasi kerumunan serta durasi aktivitas di mesjid (Shalat Jum'at) dengan populasi kerumunan serta durasi di pasar, bahkan di pabrik-pabrik, hal ini tentu akan  menjadi tanda tanya besar terhadap keajegan penerapan aturan jaga jarak," kata dia.

Holil Aksan merasa, ada sejenis pembiaran terhadap praktek-praktek pelanggaran aturan demi mengamankan kepentingan  orang perorang. 

Menurutnya, hal tersebut bisa menjadi peluang untuk membuat standar ganda antara mencegah Covid-19 dengan penyelamatan ekonomi (perorangan). Padahal, lanjutnya, jika ingin konsisten pada penanganan Covid-19, seharusnya social distancing atau malah physical distancing dilakukan tanpa tebang pilih. Sekarang ini tidak demikian adanya. 

"Ini ada apa? Yang begini ini, bukan saja menjadikan keanehan, melainkan memasukan kita ke dalam alam pikiran yang  absurd," kata dia. (T Gempur) 

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.