Jabar Bebas TBC?


Oleh : Ummu Fahhala, S.Pd.

(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)

JABARBICARA.COM -- Upaya Provinsi Jawa Barat dalam menemukan kasus Tuberkulosis (TB) sampai 100 persen dalam dua tahun terakhir, diapresiasi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI Imran Pambudi, mengatakan bahwa penemuan semua kasus TB ini menjadi langkah pertama penanggulangan TB. Setelah itu ditempuh langkah yang kedua yaitu keberhasilan pemberian pengobatan, sedangkan langkah ketiga adalah keberhasilan tuntasnya pengobatan selama enam bulan secara terus-menerus.

Plh. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jabar, Dodo Suhendar, mengungkapkan bahwa estimasi 233.334 kasus TB baru di Jabar atau 22 persen dari total kasus TB nasional. Hal ini didasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat per 1 Februari 2024. Sehingga Jabar menjadi salah satu provinsi intervensi USAID bebas TB, dengan lima kabupaten/kota terpilih yakni Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Bogor, berdasarkan surat Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Nomor PM 01.01/C/32/2024, (diskominfo.jabarprov.go.id, 21 Februari 2024).

Secara nasional, berdasarkan data Global Tuberkulosis Report 2022 (GTR), Indonesia berada pada peringkat kedua dengan beban kasus TBC terbanyak di dunia setelah India, dengan perkiraan kasus baru sebanyak 969.000.  Laporan dunia itu juga menyebutkan bahwa faktor kurang gizi merupakan faktor tertinggi penyumbang penyakit TBC (tbindonesia.or.id, 09/11/2023).

Tingginya kasus TBC dengan prevalensi yang terus meningkat tiap tahunnya, mencerminkan banyak hal. Mulai dari buruknya upaya pencegahan, kurang akuratnya penegakan diagnosis, buruknya hygiene dan sanitasi, rentannya daya tahan tubuh masyarakat, kegagalan pengobatan, rendahnya pengetahuan, hingga lemahnya sistem kesehatan dan pendidikan. Selain itu, tingginya kemiskinan, stunting dan terbatasnya sarana kesehatan, jelas memberikan kontribusi yang cukup besar.

Penyakit TBC menjadi persoalan penting yang harus segera diatasi, karena tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan saja, namun juga pada aspek sosial, ekonomi masyarakat, termasuk masalah stunting. Sehingga solusinya pun harus menyeluruh, tidak hanya sekedar diberikan penanganan kesehatan saja.

 

Tata Kelola Kapitalisme Memperburuk Berkembangnya Penyakit Menular

Persoalan TBC sebenarnya merupakan persoalan sistemik, bukan sekedar penyembuhan dengan keberhasilan pemberian dan tuntasnya pengobatan selama enam bulan secara terus-menerus, tetapi juga harus dilakukan upaya memutus rantai penularannya.

Sebagaimana diketahui, bahwa TBC ditularkan melalui bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini mudah untuk ditransmisikan melalui batuk, bersin, atau hanya berbicara dengan penderita. Sementara itu kuman TBC hanya bertahan beberapa jam di udara, terutama di ruangan minim cahaya matahari dengan ventilasi yang kurang. Oleh karena itu, melihat buruknya tata ruang kota saat ini berdampak pada mudahnya penularan TBC.

Saat ini, 8 dari 100 rumah tangga di negeri ini masih tinggal di rumah kumuh. Mereka hidup di rumah yang tidak sehat dengan sanitasi yang buruk. Kemiskinan yang sejatinya diciptakan oleh sistem kapitalisme, menjadi penyebab utama persoalan mudahnya penyebaran penyakit TBC. Sebab sistem kapitalisme tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat berupa sandang, pangan dan papan .

Seluruh kebutuhan pokok masyarakat telah dikapitalisasi melalui kebijakan negara, sehingga tidak semua rakyat bisa mengaksesnya. Terciptalah masyarakat miskin yang rentan terhadap penyakit menular seperti TBC. Selain lingkungan yang tidak mendukung, rakyat miskin dipastikan sulit memenuhi kebutuhan gizi keluarganya, yang akan membentuk kekebalan tubuh secara alami.

Meskipun saat ini, obat-obatan anti TBC dapat diperoleh secara gratis oleh masyarakat, baik di puskesmas atau pun rumah sakit. Namun realitanya, masyarakat tidak mudah mencapai tempat layanan kesehatan tersebut. Adanya sistem BPJS yang berjalan selama ini, terbukti belum mampu memberikan kualitas pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat. Apalagi ada bayang-bayang komersialisasi layanan kesehatan yang menjadi satu keniscayaan dalam sistem kapitalisme.

Oleh karena itu, pemutusan rantai penyakit menular TBC tidak akan mungkin terwujud di bawah penerapan sistem kapitalisme yang hanya berputar pada aspek materi. Sistem ini telah menciptakan buruknya pemenuhanan pokok manusia dan berefek pada buruknya level kesehatan masyarakat. 

 

Solusi Islam

Penyakit menular TBC butuh solusi mendasar yang mampu memutus rantai penularannya. Hal ini akan terwujud dalam negara yang menerapkan Islam secara menyeluruh. Sistem Islam akan menerapkan sistem kesehatan di bawah paradigma Islam. Konsep kesehatan dalam Islam, bertujuan memutus rantai penularan penyakit hingga tidak ada kematian dan kesakitan. 

Islam menjadikan kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang harus dijamin oleh negara. Hal ini didasarkan HR. al-Bukhari, Rasulullah Saw bersabda,  bahwa Imam laksana pengembala dan Ia bertanggung jawab atas rakyatnya. 

Pembangunan kesehatan Islam memperhatikan aspek promotive, preventif, kuratif dan rehabilitative. Islam  akan mengupayakan secara luas pencegahan dan eliminasi TBC secar komprensif dan efektif. 

Sistem Islam akan memberantas kemiskinan melalui penerapan sistem ekonomi Islam, yang akan memastikan masyarakat supaya mampu membangun rumah yang sehat, sekaligus mampu memenuhi kebutuhan pangan bergizi bagi setiap anggota keluarganya. Selain itu, sistem Islam akan membangun sanitasi dengan teknologi mutakhir disetiap permukiman masyarakat untuk menghindarkan penularan penyakit.

Sistem Islam akan mendorong berbagai macam riset dalam menemukan metode pengobatan dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit menular termasuk TBC, dengan menugaskan pakar dan ahli untuk kepentingan riset ini. Negara juga akan membangun sistem pengobatan terbaik dan gratis bagi seluruh warga negaranya. Setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas tanpa memandang latar belakangnya, untuk pembiayaan diambil dari kas baitul mal.  Tak kalah pentingnya, sistem Islam akan mengedukasi masyarakat terkait pola baku sikap dan perilaku sehat, bahaya berbagai penyakit dan upaya mencegahnya. 

Inilah upaya penanggulangan Islam terhadap penyakit menular dengan penerapan syari’at Islam secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan, juga sebagai sistem terbaik yang berasal dari Allah Swt.***


0 Komentar :

    Belum ada komentar.