Logika, Hasrat, dan Sikap di Idulfitri 1441 di Tengah Corona (sebuah kompilasi kata-kata untuk refresh)


Oleh Toni Gempur (Redaktur Jabar Bicara) 

GARUT, JABARBICARA.COM-- Jika banyak bencana yang tidak masuk ke dalam akal kita, maka masukan akal kita ke dalam keimanan kita! 

Hal yang sesungguhnya menjadi keharusan manusia adalah melakukan tugas 'yang menjadi kewajiban hidup' dengan sebaik-baiknya.

Kita tentu patut berpengharapan dan memiliki banyak keinginan terhadap ragam kehidupan yang ada, tetapi kepastian pengabulannya ditetapkan dengan takdir yang digariskan Tuhan.

Karenanya, tak perlu kita terobsesi dengan keberhasilan; tidak juga menjadi pesimis terhantui kegagalan   --tawakal itu bukan pasrah karena berputus asa, melainkan selalu bersabar dalam ikhtiar yang selalu dibarengi do'a.

Keberhasilan atau kegagalan sesungguhnya sebagai akibat yang (terkadang) sebabnya samar --kepastiannya ditetapkan dengan takdir yang digariskan Tuhan.

Sering terbukti, 'Kebijakan logika memang tak selalu dapat menjamin keadilan pikiran untuk jujur pada perasaan sendiri.' 

Terhadap Idulfitri yang kita jalani kemarin, 

'Adakalanya, sejauh cinta yang disebut anugrah,dan saat kerinduannya hadir, sering hanya membiaskan ragam imaginasi saja.

Adakalanya, sesuatu itu bukan milik kita, betapapun kita mencintainya.

Adakalanya, Sesuatu peristiwa itu, tak bisa menjadi harapan, juga pelampiasan hasrat kehidupan, sebesar apapun niatan menumpahkannya. 

Pastinya, hanya kepada Allah Swt-lah kita berpengharapan --memanjakan do'a kebaikan Idulfitri di tengah Corona. 
(3 Syawal 1441 H) 

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.