Masih dalam Pandemi, Warga Jabar berharap lanjutan Program Sembako Bangub Bersinergi dengan Program Padat Karya


JABARBICARA.COM– Program Bantuan Sembako Gubernur (Bangub) Jawa Barat pada saat pandemi covid-19 sangat dibutuhkan masyarakat. Hal tersebut sangat penting dilakukan dalam rangka mengatasi dampak Covid-19, seperti bagi yang kehilangan pekerjaan atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Bagi mereka ini sudah bisa dipastikan tidak memiliki bekal materi untuk makan untuk kehidupan sehari-hari. 

Karena hal tersebut, kini bahan makanan pokok sangat penting bagi mereka di tengah pandemi Corona dibandingkan hal hal lainya. Pikiran masyarakat hanya terfokus untuk bertahan hidup dengan jalan memperoleh Stok makanan. 

Selain progran bantuan sembako yang tetap harus dilaksanakan, juga program padat karya menjadi hal yang patut terus dijalankan. Kedua program tersebut dalam pelaksanaannya dapat disinergikan. 

Terkait Program Sembako Bantuan Gubernur (Bangub) dan padat karya yang selama ini berjalan, dinilai beberapa kalangan masih layak disalurkan atau diberikan. Kebijakan tersebut, tidak hanya untuk memperkuat sektor pangan saja, akan tetapi juga dapat menimbulkan efek positif, penyerapan tenaga kerja juga dinilai cukup produktif yaitu dengan penyerapan program padat karya dibeberapa sektor.

Salah satu pihak yang menggunakan hal itu adalah pengamat PISEM ( Pusat Ilmu Studi Ekonomi Mikro) Jawa Barat, Ir. H Nang Sudrajat yang menilai beberapa dampak positif dan dampak ikutan dari pemilihan kebijkan bantuan yang dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam 2 bentuk bantuan, yaitu bantaun bahan pokok dan bantuan tunai, merupakan kombinasi bantuan yang cukup ideal.

“Kenapa demikian?, Karena masyarakat penerima manfaat bisa dengan tenang ketika mempunyai stock kebutuhan bahan pokok,” ujarnya.

Dalam kaitan bantuan tunai, dia berharap minimal penerima manfaat mempunyai cadangan uang secara cash untuk kepentingan yang memang benar benar dibutuhkan.

Dampak positif ikutan lainnya adalah program yang mampu membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat di tengah kebutuhan sangat besar. 

"Sebagai contoh, dari sektor packing bahan pokok dan telor saja, berdasarkan hasil pantauan lapangan, tidak kurang mampu melibatkan lebih dari 12 ribu orang," ungkapnya. 
“Sektor transportasi saja dari satu kabupaten untuk melakukan distribusi telor tidak kurang melibatkan armada 7 truk per kabupaten Kota. Artinya, armada yang dipakai se-Jawa Barat 189 armada dengan 2 orang pekerja, yaitu sopir dan kernet," tambahnya. 

Menurutnya, ada beberapa pihak menyampaikan mending dalam bentuk BLT, agar terjadi efisiensi. Pendapat ini ada benarnya. Tapi kalau kita lihat, potensi salah arah pemanfaatan dan potensi menguapnya jauh lebih besar.

"Dalam konteks manfaat, terkadang ada kecenderungan masyarakat memanfaatkan dana tunai untuk kebutuhan yang bersifat konsumtif bukan kebutuhan primer. Di lain pihak di salah satu daerah di Jawa Barat ini memilih bantuan kepada masyarakatnya dalam bentuk tunai," katanya. 
"Namun, program baru setengah jalan sudah diberhentikan, karena dari dana tunai yang digulirkan sebesar Rp.600 ribu kepada penerima manfaat, yang berhasil diterima hanya Rp 300 ribu, bahkan ada yang hanya terima sebesar Rp 150 ribu," pungkasnya. (Jabar Bicara/IK)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.