Menghantarkan Nyawa Pada Perayaan Yang Merusak Akidah


Oleh: Lia Fitri (Pemerhati Masalah Sosial) 

JABARBICARA.COM -- Belum lama ini ramai diperbincangkan berita kematian massal pada peristiwa Halloween Itaewon, Seoul d korea selatan. Dengan kondisi jalan dan gang yang sempit mengakibatkan jatuhnya korban sekitar 154 orang meninggal dan 82 orang luka-luka akibat berdesak-desakan. Sehingga korban mengalami sesak nafas, henti jantung, pingsan, tertumpuk dan tertimpa oleh korban lainnya. (www.bbc.com)

Tragedi itu benar-benar menyeramkan, pihak kepolisian pun kewalahan dalam menangani dan mengurus kerumunan pada saat itu. Dalam keadaan putus asa orang-orang pun membantu tim medis dengan memberikan CPR kepada para korban. Miris, melihat pemandangan antrean panjang korban dalam kantong mayat di trotoar-trotoar membuat publik dan para petinggi prihatin dan berbelasungkawa atas tragedi maut di distrik Itaewon tersebut. 

Namun, yang lebih miris dan prihatin lagi adalah perayaan tersebut tidak terjadi di Itaewon saja. Akan tetapi di negara Arab termasuk Indonesia pun ikut melakukan perayaan tersebut. Padahal perayaan tersebut merupakan budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat yang notabene mayoritas masyarakatnya muslim, perayaan ini merupakan kegiatan yang tidak sesuai dengan akidah Islam dan tidak memberikan manfaat dalam pembangunan karakter pemuda masa depan.

Karena perayaan semacam itu hanya mengedepankan kesenangan saja atau hedonisme yang di barengi dengan mengkonsumsi miras, narkoba, free sex dan kegiatan kemaksiatan lainnya.

Ini merupakan potret kehidupan hedonis yang lahir dari sistem sekuler yang memisahkan kehidupan dari agama. Negara pun memiliki peran penting dalam hal perizinan apabila negara tidak memberikan izin maka acara tersebut tidak akan terlaksana. 

Akan tetapi karena negara sendiri memiliki paham liberalisme kapitalisme (pandangan hidup yang membebaskan segala sesuatu) dengan memberikan izin kepada para industri hiburan yang dibangun oleh para korporat yang orientasinya materi. Memiliki tujuan bahwa kehidupan manusia banyak diarahkan untuk mencari kebahagiaan lahiriah saja yang bersifat sesaat tanpa melihat halal haram, baik buruk dalam aturan agama. 

Hal ini sangat berbeda dengan negara Islam yang menerapkan sistem Islam secara menyeluruh, yang individu dan masyarakatnya dalam memahami tujuan kehidupan di dunia itu untuk beribadah kepada Allah SWT. Mereka akan menimbang setiap perbuatan yg dilakukan sesuai dengan syariat Islam karena mereka yakin bahwa setiap perbuatan akan di hisab (di pertanggungjawabkan) d akhirat nanti. Masyarakat juga akan selalu mengingatkan yang ma'ruf dan mungkar kepada setiap individu dan negara. 

Negara memiliki peran penting dalam melindungi generasi-generasi dari pemikiran asing, budaya asing, gaya hidup dan semua hal dari asing yang dapat membahayakan akidah para generasi. Seperti hadist dari Abu Hurairah ra nabi berasabda:

"Sesungguhnya al-imam (pemimpin) itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya." (HR. Muttafaqun alaih) 

Negara juga bertanggungjawab dalam pembentukan kepribadian generasi melalui berbagai mekanisme, baik dari segi pendidikan atau dari luar pendidikan. Dengan memberikan pendidikan akidah terlebih dahulu agar akidah generasi penerus menjadi kuat dan terjaga. 

Negara pun menjamin dalam setiap kurikulum pendidikan wajib berlandaskan pada akidah Islam tanpa ada penyimpangan sedikit pun dari akidah Islam. Karena politik pendidikan adalah membentuk pola pikir dan pola sikap yang Islami dengan tujuan untuk membentuk manusia yang:

1. Memiliki kepribadian Islam

2. Handal menguasai pemikiran Islam

3. Menguasai ilmu-ilmu terapan IPTEK (ilmu, pengetahuan, teknologi)

4. Memiliki keterampilan tepat dan berdaya guna.

Negara juga akan melindungi para generasi Islam dari media. Media dalam negara Islam digunakan untuk memberikan pendidikan bagi umat, menjaga akidah, kemuliaan akhlak, dan menyebarkan kebaikan di tengah umat. Sehingga konten yang merusak akidah akan dilarang tayang. Maka hanya negara Islamlah yang sanggup dan tepat membina generasi mulia, agar tidak ada lagi generasi yang menjadi korban hingga merenggut nyawa dengan sia-sia. **

Isi Artikel diluar tanggungjawab Redaksi Jabarbicara.com

 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.