Mengoptimalkan Potensi Generasi Melalui Pendidikan Islam


Oleh: Yuyun Suminah, A. Md
(Seorang Guru dan Pegiat Literasi di Karawang)

Generasi kuat secara jasmani atau fisik identik dengan kekuatan tubuh atau ototnya, kekuatan tubuhnya bisa digunakan untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya bekerja yang memerlukan kekuatan fisik apalagi bekerja yang menggunakan tenaga. Namun apa jadinya ketika kekuatan fisik ini digunakan tidak pada tempatnya. Misalnya perpeloncoan yang ternyata masih kita temui terutama di dunia pendidikan.

Perpeloncoan tersebut terjadi di SMAN 1 Ciamis dalam Kegiatan pramuka yang digelar
pelajar yang berjuluk lingkaran setan. Dalam kegiatan ini peserta diminta berbaris melingkar dan masing-masing pelajar harus saling memukul. Akibat perpeloncoan dengan cara kekerasan dengan alasan pelatihan basis dan menguji kekuatan ini mengakibatkan 18 siswa luka-luka lebam di wajah dan bibir pecah. Bahkan tiga dari 18 siswa yang menjadi korban mengalami trauma psikis sehingga takut ke sekolah. (Inewsjabar.id 04/01/22)

Perpeloncoan akan terus kita temui dalam sistem pendidikan yang sekuler-liberal, sebuah sistem yang bebas melakukan tindakan apapun, ditambah dengan pemisahan peran agama dalam kehidupan. Peran agama dalam sistem kapitalisme hanya dibatasi sebatas mengatur ibadah semata. Sedangkan urusan kehidupan diatur oleh aturan yang lahir dari akal manusia yang memiliki serba keterbatasan.

Ini membuktikan bahwa sistem kapitalisme tidak mampu dalam mencetak generasi cemerlang dan cerdas. Yang dilahirkan hanya generasi yang mengandalkan otot saja sebagai tanda kekuatan yang dapat dibanggakan. Seperti itulah fakta yang masih ada disistem tersebut, selama sistem kapitalisme digunakan maka akan kita temui perpeloncoan di sekolah. Sehingga, lambat laun akan mengikis rasa takut kepada norma sosial terutama kepada Penciptanya dengan perbuatan kekerasan tersebut.

Sedangkan jauh berbeda yang ditawarkan oleh sistem Islam, sebuah sistem yang aturannya lahir dari Sang Pencipta. Islam agama yang bukan hanya mengatur ibadah saja, namun mengatur aspek kehidupan juga, seperti ekonomi, kesehatan dan lainnya termasuk pendidikan.

Pendidikan dalam sistem Islam mampu mencetak generasi cemerlang dan cerdas dengan sistem pendidikan terbaik.

Dimulai dari kurikulumnya yang berbasis aqidah Islam, sehingga output yang dihasilkan memiliki berkepribadian Islam yaitu membentuk pola pikir dan pola sikap. Pola pikirnya dibentuk oleh Islam yang diaplikasian dengan pola sikapnya, sehingga segala tindak perbuatannya akan didasari oleh bentukan pemikirannya yang standarnya halal dan haram termasuk menggunakan kekuatan tubuhnya. Bukan hanya otot yang bermain namun juga otaknya yang dibekali oleh ilmu agama.

Maka generasi cerdas bukan hanya mengandalkan kekuatan fisiknya semata namun imtaqnya juga. Selain kuat secara fisik yang memang diperlukan untuk berkontribusi kepada umat dan fisik yang kuat untuk menunjang ibadah kepadaNya. Sehingga bisa seimbang menggunakan kekuatan fisiknya dengan bekal agama.

Dari sinilah akan lahir individu generasi yang mulia dan faham akan kehidupan yang kelak akan dirasakan perannya dimasyarakat. Itu semua tentu tak lepas dari peran seorang pemimpin, karena pemimpin dalam sistem Islam berkewajiban penuh mengurus semua keperluaan rakyatnya.

"Imam (pemimpin) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)

Dengan demikian potensi generasi muda dengan memiliki tubuh yang kuat bisa didistribusikan kepada hal-hal yang baik dan tentu taat kepada syariatNya. Wallahua'lam. (Jabi)

Isi Artikel diluar tanggungjawab Redaksi jabarbicara.com

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.