Solusi untuk Kasus Bullying yang Semakin Meresahkan


Oleh: N. Vera Khairunnisa

JABARBICARA.COM -- Zaman sekolah dulu, ada teman yang suka sekali mengganggu teman lainnya. Katakanlah teman yang suka mengganggu itu namanya A. Ia suka melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan kepada teman yang bernama B. Misalnya meletakkan permen karet bekas di kursi B. Pernah juga secara langsung melekatkan permen karet bekas tersebut di rambut B. Saya masih ingat ketika harus membantu B membersihkan rambutnya.

Saya baru paham bahwa kejadian tersebut di atas termasuk kategori bullying, suatu perilaku menyakiti orang lain baik dengan perkataan maupun perbuatan. Jadi sadar kalau bullying itu memang sudah ada sejak dulu. Hanya saja samakin kesini, aktifitas bullying khususnya di lingkungan sekolah, semakin meresahkan.

Seperti yang terjadi baru-baru ini di Sukabumi, Jawa Barat. Seorang siswa SD kelas 2 tewas akibat dikeroyok oleh sejumlah kakak kelasnya. Penganiayaan diduga dilakukan pada Senin (15/5/20230). Korban sempat dirawat beberapa hari di rumah sakit hingga dinyatakan meninggal pada Sabtu (20/5/2023). (Kompas. com, 23/05/23)

Sungguh miris dan memprihatinkan, mereka yang masih tergolong anak-anak itu sudah begitu berani melakukan tindak kejahatan, bagaimana masa depan mereka kelak? Bagaimana pula masa depan negara ini ketika para remaja atau calon penerus generasi menghiasi hari-hari mereka dengan kejahatan?

Apalagi kasus seperti di atas bukan hanya terjadi sekali dua kali. Sudah begitu sering kita mendengar ada kasus bullying. Plt Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Anggin Nuzula Rahma menyebut data KPAI sejak tahun 2011-2019 mencatat ada 574 anak laki-laki yang menjadi korban bullying, 425 anak perempuan jadi korban bullying di sekolah. Sedangkan sepanjang tahun 2021 setidaknya ada 17 kasus perundungan yang terjadi di berbagai jenjang di satuan Pendidikan. (kemenpppa. go. id, 06/12/22)

Masalah ini tentu menjadi PR bersama yang harus segera diselesaikan. Sebab, para remaja atau pemuda adalah aset negara, merekalah yang akan meneruskan tongkat kepemimpinan kelak. 

Lantas, bagaimana solusi untuk masalah bullying ini?Sebelum berbicara solusi, harus dicari terlebih dahulu yang menjadi penyebab lahirnya banyak kasus bullying. Hal ini dilakukan agar bisa didapatkan solusi yang tepat.

Ada banyak faktor penyebab anak melakukan bullying. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, lingkungan keluarga. Pendidikan di dalam keluarga merupakan faktor yang sangat penting untuk membangun karakter anak. Ketika di dalam keluarga anak-anak tidak mendapatkan hak pendidikan, maka mereka akan menjadi anak-anak yang lemah sehingga mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif.

Kedua, faktor media. Hari ini, perkembangan digital semakin canggih. Hal ini semestinya mampu menjadi alat untuk mendukung proses pembelajaran atau pendidikan bagi anak. Namun sayangnya justru malah menjadi alat yang merusak kepribadian mereka. Selain konten pornografi, konten kekerasan juga banyak bertebaran di media.

Ketiga, faktor kurikulum pendidikan. Kita melihat bagaimana kurikulum pendidikan di negara ini minim dalam menanamkan nilai-nilai agama. Tujuan pendidikan pun masih cenderung untuk melahirkan generasi yang siap bekerja. Maka, sekolah lebih mengutamakan nilai akademik dibanding dengan nilai karakter atau kepribadian.

Ketiga faktor di atas saling menguatkan satu sama lain. Lingkungan rumah yang tidak kondusif untuk membentuk kepribadian anak-anak, media yang menebarkan konten-konten buruk, serta negara dengan landasan kurikulum yang salah, menyebabkan terlahir anak-anak dengan kepribadian yang lemah, tak memiliki arah dan sering salah dalam menentukan langkah.

Inilah yang terjadi ketika sekulerisme begitu mewarnai kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Paham yang memisahkan agama dari kehidupan ini menyebabkan rapuhnya bangunan keluarga, rusaknya masyarakat dan hancurnya sebuah negara.

Oleh karena itu, untuk menyelamatkan para remaja atau pemuda dari berbagai tindak kejahatan, termasuk bullying, tidak ada jalan lain selain dengan menjauhkan paham sekulerisme dalam kehidupan, baik individu, masyarakat maupun negara. 

Sebagai negara dengan mayoritas muslim, sudah semestinya masyarakat menjadikan Islam sebagai aturan dalam segala aspek kehidupan. Sebab Islam memiliki aturan yang lengkap dan sempurna. Aturan yang diturunkan oleh Zat yang Menciptakan manusia, tahu yang terbaik untuk hamba-Nya.

Dalam hal mencegah dan mengatasi masalah bullying pun, Islam memiliki aturan di dalamnya. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, menanamkan akidah dan membiasakan untuk melaksanakan hukum -hukum syara' sejak dini di lingkungan rumah. Dalam Islam, orangtua memiliki peran utama dalam proses pendidikan anak. 

Allah ta’ala berfirman dalam sebuah ayat yang telah kita ketahui bersama,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ (٦)

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At Tahrim: 6).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ما نحل والد ولده أفضل من أدب حسن

Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim: 7679).

Pendidikan dalam keluarga akan menjadi benteng bagi anak-anak agar mereka tidak terpengaruh oleh hal-hal buruk yang mereka temui di luar rumah. Termasuk juga akan menjadi bekal untuk kehidupan mereka di masa yang akan datang, sehingga anak-anak siap menghadapi berbagai permasalahan dalam hidup.

Kedua, masyarakat yang melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar. Islam mewajibkan kepada setiap individu muslim untuk berdakwah. Kewajiban dakwah ini ada yang dilakukan secara individu, ada yang secara berkelompok. Islam mewajibkan kedua-duanya.

Di dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam memerintahkan setiap muslim untuk menghilangkan kemungkaran sesuai dengan kemampuannya;

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ , فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ , وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإيمَانِ

Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, hendaknya dia merubah dengan tangannya, kalau tidak bisa hendaknya merubah dengan lisannya, kalau tidak bisa maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

Mengenai kewajiban dakwah berjama'ah, Allah ta'ala berfirman dalam Quran surat Ali Imran ayat 104 sebagai berikut: 

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Artinya: "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Jika keberadaan media hari ini cenderung ke arah entertainment atau hiburan semata, tidak mendidik dan malah memberikan pengaruh negatif pada anak-anak, maka dalam Islam media harus menjadi sarana pendidikan dan syiar Islam. 

Ketiga, peran negara dengan menjalankan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Dalam Islam, tujuan pendidikan adalah untuk melahirkan individu-individu yang berkepribadian Islam serta menguasai sains dan teknologi.

Maka, akan kita jumpai pada masa kejayaan Islam, seorang pakar sains namun ia juga menguasai agama. Sebaliknya, seorang yang begitu menguasai agama namun ia juga menjadi seorang ilmuan dalam waktu yang bersamaan.

Anak-anak yang lahir dari sistem pendidikan Islam, akan memiliki pemikiran yang produktif. Senantiasa berpikir untuk melakukan kebaikan dalam setiap waktu, dan bagaimana agar bermanfaat untuk agama dan negara. Sebab mereka meyakini, bahwa sekecil apapun kebaikan yang dilakukan, akan diberikan balasannya oleh Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, Allah SWT pun akan membalas kejahatan, sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya.

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ (٧)  وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ (٨ )

Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. (QS. Az Zalzalah: 7-8).***


0 Komentar :

    Belum ada komentar.