Wisata Literasi Membekali Ke'arifan Peradaban bagi Remaja


Olèh AbahZaenal 

Malam telah larut, dan hampir jelang pagi, segerombolan remaja masih bersenda gurau berbalut kabut dinging padahal hanya di ketinggian 776mdl, di sebuah stasiun legendaris di kawasan Malangbong Garut, ya stasiun yang semua Kereta Api wajib berhenti tanpa kecuali, di stasiun kecil ini, wajib henti dan memeriksa semua kesiapan Kereta untuk melanjutkan perjalanan.

Ya Dua Belas Remaja Penulis dari Taman Baca Masyarakat Hegar Manah, mendapat keberuntungan mengikuti Wisata Literasi dari Jamuga  dan RumahCinta (dua komunitas budayawan dan seniman Garut yang sangat peduli pada dunia Remaja dan Peradaban), Wisata Literasi yang diberikan olèh Jamuga dan RumahCinta dengan sponsor utama Wake Agent Charity ini merupakan apresiasi atas prestasi duabelas Penulis Remaja Hegar Manah yang pada tanggal 4 September 2023 telah melakukan Launching 12 judul buku karya mereka.

"Komunitas belajar RumahCinta sengaja memberikan apresiasi kepada dua belas orang Remaja Penulis ini dengan Wisata Literasi ke Yogyakarta ini tujuannya untuk menyadar tahukan kepada mereka, bahwa nènèk moyang mereka dahulu menjaga peradaban itu dengan Literasi, karya sastra mereka yang adilinuhung dan tersimpan dengan sangat terjaga di berbagai musium, memberikan informasi bahwa karya sastra bisa sangat berpengaruh pada peradaban manusia" demikian disampaikan Nedia Umy disela-sela kunjungangannya di Museum Sasono Budoyo Yogyakarta.

Museum Sasono Budoyo Yogyakarta adalah destinasi pertama yang dikunjungi dalam rangkaian Wisata Literasi dua Belas Penulis Remaja Hegar Manah, di dalamnya terdapat berbagai benda purbakala peninggalan sejarah masa lalu, mulai dari zaman pra sejarah hingga peradaban berbagai kerajaan Nusantara di masa lalu.

Kesan pertama yang sangat mengejutkan adalah, selama ini anak-anak dikesankan bahwa berkunjung ke Museum adalah kunjungan yang akan menjemukan dan membosankan, tapi ternyata berkunjung ke Museum sekarang ini sungguh sangat menyenangkan, karena museum sekarang ini selain menyuguhkan informasi yang sangat hebat, tapi juga suasana yang adem dan penyajian informasinya sudah sangat modern.

Selesai berkunjung ke Museum Sasono Budoyo, para Remaja Penulis TBM Hegar Manah, melanjutkan kunjungannya ke Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, di keraton ini mereka mendapat berbagai informasi kelinuhungan karya sastra sejarah kesultanan Hamengku Buono yang sangat berpengaruh dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, serta keterjagaan nilai-nilai sejarah kekuatan tèkad Merdeka abdi dalem dan rakjat Indonèsa.

Jelang petang, perjalanan WisataLiterasi dilanjut ke Wisma AMM, Depot Tadarrus alQuran Kotagede, di sini anak-anak mendapat pengetahuan tentang sejarah "KH. As'ad Humam, pencipta metode Iqra sebagai salasatu cara belajar baca alQuran yang sangat modern, selain metode baca, ternyata KH As'ad Humam juga menata manajemen pembelajaran baca Quran dengan sangat modern, menggunakan kurikulum yang jelas, sistem belajar yang modern layaknya kurikulum pembelajaran modern, mulai dari tingkat pra sekolah sampai tingkat pasca sarjana dan doctoral.

Malampun tiba, tapi anak-anak belum berhenti mendapat ilmu yang linuhung, anak mendapat suguhan teh manis hangat di Gedoeng Pimpinan Pusat Muhammadiyah doeloe, di jalan KH Ahmad Dahlan, bercengkrama dengan salaseorang tokoh muda Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang sedang membuat riset tentang Muhammadiyah Garut, yaitu kang Asep Purnama Bahtiar, beliau adalah salaseorang pituin Sukapura yang dibesarkan di Pesantrèn Darul Arqam Muhammadiyah Garut salasatu kawah chandradimukanya perkarderan Muhammadiyah yang telah melahirkan kader-kader Militan Muhammadiyah dan Kader Bangsa, kang Asep pada kesempatan itu menyadartahukan Remaja Penulis TBM Hegar Manah bahwa "Pesantrèn adalah Pusat kebudayaan Literasi untuk mejaga peradaban yang bermartabat, dari Pesantrènlah lahir berbagai karya sastra yang adilinuhung, dari Pesantrènlah lahir berbagai karya sastra perlawanan, maka dari itu, Pesantrèn kekinian haruslah mengarus utamakan minat kesusastraan dan Literasi pada santrinya, harus ada gerakan yang masif untuk menyadar tahukan Pesantrèn tentang perannya sebagai Pusat keberlangsungan budaya Literasi," demikian dipaparkan olèh kang Asep Purnama Bahtiar pada saat bincang malam dengan Remaja Penulis Hegar Manah di Gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta.

"Belum ke Yogyakarta kalo nggak mampir di Malioboro" memang sih, Malioboro selalu mempesona dan menyimpan kenangan untuk selalu kembali ke Yogyakarta, karena nggak begitu jauh dari Gedung PP Muhammadiyah KH. A. Dahlan, anak-anak pun menuju ke Malioboro dengan berjalan kaki, sekalipun lelah, dalam perjalanan anak-anak tetap bersenda gurau, dan tiba-tiba dihentikan sejenak olèh Nedia Umy, untuk sejenak menèngok ke sebelah kanan, ada gapura kecil bertuliskn "BPKO dan sebuah lambang matahari" di sebuah gapura pada sebuah lorong kecil perkampungan "anak-anak inilah kampung Kauman, kampung tempat awal berdirinya Muhammadiyah yang kini kita kenal sebagai salasatu organisasi masa Islam yang sangat hebat di dunia, amal usahanya sangat banyak dan sangat memberi pencerahan untuk semesta peradaban, Muhammadiyah kini sudah berada di lebih dari 24 negara di Dunia, dari sebuah langgar di ujung kampung kaumanlah Muhammadiyah mengawali perjuangan dakwahnya"

Di Malioboro, sudah barang tentu anak-anak tak terlewatkan berphoto di titik nol Yogyakarta, dengan latar jèjèran gedung Pos, Bank Indonesia dan BNI yang berarsitek Art Deco, dan tak ketinggalan pula berphoto dengan latar Gedung Agung Yogyakarta istana kepresidenant Indonesia di Yogyakarta dan Benteng Vrederburg yaitu sebuah Museum Benteng Vredeburg (Jawa: ꦩꦸꦱꦶꦪꦸꦩ꧀​ꦧꦺꦠꦺꦁ​ꦮ꦳ꦽꦢꦼꦧꦸꦂꦒ꧀, translit. Musiyum Bètèng Vredeburg) adalah sebuah museum yang terletak di depan Gedung Agung dan Kraton Kesultanan Yogyakarta. Sekarang, benteng ini menjadi sebuah museum. Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia.

Malampun hampir larut dalam kehangatan semangkuk kecil wedang ronde, anak-anak kembali ke guest house yang mungil tapi nyaman dan agak mèwah di pinggiran alun-alun kidul keraton Yogyakarta, Puri Langernarjan.

Pukul empat lebih tigapuluh menit, setelah shalat subuh,  anak-anak sudah dijemput olèh pak Rio, salaseorang Guru SMA di Yogyakarta, dijemput dengan HiAce premio yang lumayan mèwah, untuk melanjutkan petualangan WisataLiterasi hari kedua, dengan destinasi Wisata Kebun Buah Mangungan, sebuah Wisata yang samasekali berwisata kebun buah sesuai namanya, tapi wisata negeri di atas awan, sebuah wisata menikmati indahnya matahari terbit di atas lautan awan dengan segelas wedang jahè sèrèh dan jeruk nipis hangat, diiringi tabuhan "Gejok Lesung" sebuah seni tradisi desa Dlinggo Imogiri, tabuhan lesung dengan tarian yang sungguh sangat menghibur.

Selesai anak-anak bergembiraria di Taman Buah Mangunan, lanjut menuju ke Pantai Cemoro Sewu, sebuah pantai di sepanjang pantai Parangtritis Yogyakarta yang selain menyuguhkan pemandangan pantai, di Cemoro Sewu juga kita bisa bertualang d Gumuk Pasir, yaitu hamparan Padang Pasir yang menggunung dan luas sekali, disini kita bisa bermain seluncuran pasir atau berofroad ria dengan Katana Jeep menyusuri enam pantai dan hamparan padang pasir.

Sayang sekali, cuaca pagi itu sangat ekstreeem, badai bertiup sangat kencang, hingga menerbangkan butiran kecil air laut ke pinggiran pantai hingga pohon cemara di tepi pantai pun menjadi seperti diguyur hujan, dan ombakpun sangat besar tak bersahabat untuk kami berenang di pantai.

Akhirnya kami pun meninggalkan indahnya Pantai Cemoro Sewu dan bergegas ke destinasi selanjutnya, Museum Muhammadiyah.

Museum Muhammadiyah itu terletak berdampimgan dengan Mesjid Islamic Centre di kawasan Univertas Ahmad Dahlan, Museum Muhammadiyah merupakan bangunan megah dengan arsitektu futuristic, terdiri dari empat lantai, saat anak-anak datang, langsung disambut olèh educator museum yang sangat sigap, kemudian diberi arahan tentang syarat masuk museum.

"Masuk museum Muhammadiyah itu tidak berasa masuk museum ya, tapi berasa seperti masuk ke Mall, adem dan memang seperti mall siiih" ungkap spontan Faiza, salaseorang dari duabelas penulis remaja Hegar Manah yang karyanya sudah diterbitkan dalam 8 judul buku.

Pada setiap bagian, museum diterima olèh seorang educator museum yang menjelaskan tentang apa yang ada di dalamnya.

Pada bagian awal anak-anak diperkenalkan tentang apa itu Muhammadiyah, sejarah beridirinya dan perkembangan dakwahnya yang sudah mencapai di 26 negara, selanjutnya diperlenalkan dengan sejarah perjalanan study KH Ahmad Dahlan ke Makkah, lengkap dengan miniatur kapal yang ditumpangi KH. Ahmad Dahlan saat itu, selanjutnya anak-anak diperkenalkan dakwah Muhammadiyah melintas zaman hingga obsesi Muhammadiyah di masa datang, ada pula satu ruangan khusu yang menjelaskan bahwa Muhammadiyah punya delapan Organisasi Otonom yaitu Aisyiyah Organisasi Otonom Pertama Wanita Muslim Indonesia, yang berdakwah dan sudah memiliki ribuan amal usaha berupa Taman Kanak-kanak, Bustanul Athfal sampai Perguruan Tinggi, bukan hanya di Indonesia, bahkan sudah banyak di mancanagara, selain 'Aisyiyah, ada pula Organisasi Otonom Nasyi'atul 'Aisyiyah, salasatu organisasi pemudi muslimah di Indonesia, ada pula Pemuda Muhammadiyah, organisasi pemuda tertua setelah Boedi Oetomo, ada pula Tapak Suci organisasi seni beladiri, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah, organisasi Pelajar Indonesia yang sudah mendunia, kebetulan pada hari itu di kawasan Univertas Ahmad Dahlan sedang berlangsung Youth Darwish Festival, sebuah pamèran kreatifitas dari organisasi Pelajar ini.

Hari makin terik, yogya makin panas, tapi ketika kami masuk ke Mesjid Islamic Centre Universitas Ahmad Dahlan, nyep anyep adem banget, seperti masuk ke ruang ber AC, padahal ruangannya tak ber AC samasekali, bahkan tak ada satupun fan atau kipas angin, tapi kok bisa adem ya di tengah terik dan panasnya cuaca, karpetnya tebal, membuat kami betah berlama-lama sujud di mesjid ini.

Selesai sudah kami menikmati sujud di Mesjid Islamic Centre, kami harus berlanjut ke Museum Sandi, satu museum yang anak-anak tak pernah mendengar sebelumnya, bahkan pak Rio yang aseli Yogya pun tak tahu adanya Museum Sandi, anak-anak kesana karena tahu ada kegiatan kesusastraan di Museum Sandi dari Budhe Iis Singgih salaseorang mentor sastra Penulis Remaja TBM Hegar manah dari Malang, yang sangat sayang sekali sama anak-anak, benar saja, setibanya kami kesana, nampak sudah ada persiapan, tapi acaranya baru akan dimulai pukul 15.30 atau pukul 16.00, akhirnya kami menikmati waktu luang dengan berkunjung ke Museum Sandi, dan anak-anak terkesiap sekali, ketika memasuki Museum Sandi, sebelum apa-apa kami disuguhi tontonan Video tentang sejarah Sandi di Indonesia, dan pentingya pengetahuan tentang Sandi hingga pengetahuan tentang perkembangan Cyber, selanjutnya anak-anak diajak berkeliling ke semua ruangan yang memberikan informasi lengkap tentang sejarah Sandi dan perannya dalam memerdèkakan Indonesia dan Kemajuan teknologi Informasi.

Selesai berkeliling menikmati ademnya informasi tentang Sandi, di pelataran depan gedung telah berjajar kursi dan berisi para sastrawan senior, -untuk tidak menyebut sepuh- yang tergabung dalam komunitas "Sastra Bulan Purnama" mereka datang dari berbagai kota dari seluruh Indonesia, untuk merayakan ulang tahun ke duabelas "Sastra Bulan Purnama" dan  Peluncuran Buku Antologi Puisi Karya Mereka, yang berjudul "Silatutahmi Sehati" dan yang sangat gembira adalah, para senior itu sangat menyambut gembira kehadiran anak-anak Penulis Remaja ini dengan memberi kesempatan membaca puisi mereka.

Hari mulai petang dan semakin senja, anak-anak pun pamit, bukan hanya pada para Sastrawan Bulan Purnama, tapi pada Yogya yang penuh kenangan.

(Red.JB)***Jelang Fajar di rumahcinta 16 desember 2023


0 Komentar :

    Belum ada komentar.