19 Orang Meninggal Dunia Dari 227 Positif Corona, Tempatkan Indonesia Sebagai Negara Dengan Fatalitas Kematian Tinggi


OPINI, JABARBICARA.COM-- Pemerintah pada Rabu (18/3/2020) mengumumkan total sudah ada 227 kasus pasien positif di Indonesia, 19 diantaranya meninggal dunia dan 11 dinyatakan sembuh. Data terbaru itu diumumkan oleh jubir pemerintah untuk penanganan corona, Achmad Yurianto melalui akun YouTube BNPB.

"Data sudah kita upgrade, akumulatif kasus meninggal secara keseluruhan sampai 18 Maret pukul 12.00 WIB adalah 19," kata Achmad Yurianto.

Dengan data jumlah kasus dan kematian terbaru tersebut menempatkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat fatalitas tertinggi. Tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) corona di Indonesia ada di angka 8,37 persen mengalahkan Italia dan Iran untuk saat ini. Atau pada urutan kedua setelah Filipina.

Sebagai perbandingan Italia melaporkan 31.506 kasus positif virus corona, 2.503 di antaranya meninggal (7,94%). Iran dengan 16.169 kasus, 968 di antaranya meninggal dunia (6,1 %). Filipina mencatat 202 kasus dengan 19 kematian (9,4 %).

Dari data tersebut menjadi fakta secara statistik lonjakan kasus kematian akibat virus corona di Indonesia sangat tinggi.

Rasio kematian yang tinggi berarti ada kelemahan dalam  perawatan dan pengobatan atau terlambat tindakan medis. Atau kemungkinan lain lonjakan ini terjadi karena yang di tes masih sangat sedikit. CFR (19/227) memang cukup tinggi tapi harus dilihat juga dari sisi kelompok usia yang di tes atau positif corona dan perlu evaluasi sistem "surveillance".

Per tanggal 18 Maret tercatat yang di tes 1.592 orang, sehari sebelumnya hanya 1.255 orang,  samplingnya terlalu kecil dibandingkan jumlah yang meninggal.

Dilihat berdasarkan sebaran data yang ada maka sangat penting diperkuat "sistem surveillance" dan investigasi kasus termasuk meningkatkan jumlah yang di tes. Seperti di China dan berbagai negara lain kalau tanpa intervensi, transmissibility nya cukup tinggi. Jika jumlah yang di tes kurang dari 100 sehari, patut dikhawatirkan banyak kasus tidak terdeteksi. Maka harus ada suatu kebijakan yang membuat intervensi dan transmissibility yang bisa memaksa setiap orang bisa di tes dan memaksa sistem untuk test ini harus difasilitasi pula dengan penganggarannya.

Kemudian apa pun strategi yang akan dilakukan oleh pemerintah, sangat penting sekali memproteksi tenaga kesehatan sebagai garda depan pencegahan penyebaran virus corona. Jika proteksi tidak dilakukan dikhawatirkan semua tenaga kesehatan bisa terserang virus corona. Artinya kita akan kalah perang karena prajurit yang berguguran. Mau menggunakan teori dan strategi apa pun akan sangat berat mencegah penyebaran virus corona kalau proteksi tenaga kesehatan tidak di dahulukan.

Kesimpulannya lakukan tes, tes, dan tes, lakukan isolasi, investigasi disertai dengan anggaran yang memadai sebagaimana pembelajaran  keberhasilan China dan Korea Selatan. (Tisna)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.