Karya Perupa DR. Sri Supriyatini, M.SN., Dosen FSRD ISI Denpasar


JABARBICARA.COM-- Sri Supriyatini, lahir di Yogyakarya 62 tahun yang lalu, mulai belajar melukis semenjak di SMSR (Sekolah Menengah Seni Rupa) Yogyakarta. Kecintaan Supri (nama panggilan) terhadap dunia melukis karena lingkungan tempat tinggalnya di dekat ASRI (Akademi Seni Rupa) yang sekarang menjadi ISI Yogyakarta. sehingga keinginan untuk mengembangkan ilmu di dunia seni rupa tambah kuat dan melanjutkan kuliah S1, S2, dan S3 di ISI Yogyakarta.

Tahun 1986 Sri Supriyatini, pindah ke Bali dan menjadi staf pengajar di ISI Denpasar. Pengalaman dalam berkesenian yang pernah di lakukan adalah; pameran tunggal di Regal Koowloon Hotel, Hongkong; Seniwati Gallery of Art by Women Ubud, Bali; Amankila Hotel, Karangasem Bali ; Red Mill Gallery, Vermont Studio Center, Vermont Johnson, USA 2006; Seniwati Gallery of Art by Women Ubud Bali ; Gallery Pascasarjana ISI Yogyakarta. Pameran bersama di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, Koln Germany, Sidney, Melbourne, Singapore, Bangkok, Hong Kong, London., dan pameran bersama Kembang Kertas Sejagat Mewangi Nusantara. Karyanya dapat diapresiasi dibawah ini.

Perisai karya Sri Supriyatini. Akrilik di atas kertas. 2020

Ide penciptaan datangnya dari mengamati, merasakan fenomena pandemi Covid 19 yang melanda dunia saat ini. Pandemi itu sekaligus merubah tatanan kehidupan di segala lini, termasuk tatanan sosial, manusia harus dapat bertahan dengan tatanan baru, termasuk di dalamnya sosok seorang perempuan. Sehingga sebagai perempuan peran ganda yang dilakukan di kancah domestik maupun sosial, yang mempunyai tanggung jawab besar dalam mendampingi, melindungi anak-anaknya agar terhindar dari mara bahaya.

Karya ini mengetengahkan objek bunga mawar yang sudah mekar, bahkan sebagian kelopak dan durinya berceceran dimana-mana, bersanding diantara gambaran virus corona yang bertebaran. Hal ini sebagai interpretasi bahwa perempuan sering disimbolkan dengan bunga yang menebar keindahan, namun diantara keindahan mawar terdapat duri duri tajam sebagai senjata yang dapat melindungi diri dari gangguan dari luar dirinya. Mawar berduri diantara corona sebagai gambaran perempuan yang dapat menggunakan perisai diri yang sebenarnya yaitu ilmu pengetahuan untuk keberlangsungan hidupnya agar tenteram dan damai.

Teknik yang dipakai adalah teknik kolase secara digital, dipadukan dengan teknik manual, yaitu merespon objek dengan goresan, arsiran, memakai drawing pen, serta pewarnaan menggunakan cat akrilik.

Diantara Bali karya Sri Supriyatini. Akrilik di atas kertas. 2020

Karya Diantara Bali terinspirasi dari hiruk-pikuknya pariwisata di Bali sebelum pandemi Covid 19 melanda dunia. Keramaian sektor pariwisata dengan banyaknya turis manca negara berlibur, menjadikan Bali diwarnai oleh kehidupan duniawi yang hingar-bingar. Tetapi disisi lain masyarakat Bali juga mempunyai sisi religiusitas yang kental, dengan berbagai kegiatan keagamaan yang diwarnai dengan sarana upacara dan ritual yang unik.

Perempuan Bali sebagai penyangga budaya dan agama Hindu mempunyai peran penting, yaitu selain sebagai ibu rumah tangga, wanita karir, setiap hari selalu menyediakan sarana sesaji untuk keperluan ritual keagamaan. Sehingga perempuan Bali masa kini dalam menjalani kehidupan selalu dipenuhi tantangan. Jika tidak dihadapi dengan hati dan pikiran yang bersih, dan tidak menyeimbangkan kehidupan duniawi dan spiritual akan mengakibatkan kerugian dan ketidaknyamanan dalam kehidupannya. Kondisi ini divisualisaikan dengan objek bunga teratai yang indah, tumbuh di lumpur dan dikitari oleh ramainya tanda-tanda visual seperti huruf, tulisan, manusia dalam ekspresi gembira.

Wujud visual itu sebagai interpretasi dari kehidupan material dan spiritual yang berbeda tetapi selalu berdampingan. Diperlukan kesadaran dan kecerdasan untuk dapat menyeimbangkan kehidupan spiritual seperti bunga teratai yang dianggap bunga yang suci, sebagai istana dewa dewi dalam agama hindu maupun Buddha. (Art/Jb)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.