Menutup Aurat: Tanda Taat Syariat


Oleh : Ummu Syam (Aktivis Muslimah Majalengka)

Barangkali memang betul jika Instagram dinobatkan sebagai platform media sosial yang paling digandrungi publik khususnya milenial. Meskipun rating-nya di bawah Facebook, namun dengan fitur-fitur yang unik, hal itu mampu menarik publik untuk menggunakannya.

Melalui aplikasi ini, setiap orang bebas menampilkan ekspresi diri dalam bentuk foto dan video, termasuk menampilkan ekspresi ketika memakai pakaian yang tidak sepatutnya diperlihatkan ke ruang publik.

Dalam hal ini, bikini, pakaian yang tipis, menjadi pakaian yang tidak lagi dianggap tabu untuk dikenakan dan dipertontonkan ke ruang publik.

Kaum hawa yang kerap mengenakan pakaian seksi berdalih bahwa 'tubuhku adalah otoritasku', bahwa cara berpakaian seseorang itu tergantung kepada pandangan dan budaya masing-masing. Namun lucunya, ketika mereka mengalami pelecehan seksual dari lawan jenis baik secara verbal maupun non verbal mereka berdalih bahwa pihak laki-laki lah yang salah, merekalah yang tidak mampu menjaga pikiran mereka.

Menariknya adalah sebuah studi terbaru menunjukkan adanya kecenderungan yang sama antara efek kecanduan alkohol dan efek melihat perempuan berpakaian seksi. Peneliti menyebutkan, otak pria sama-sama aktif dan menyala saat kecanduan alkohol dan melihat perempuan berpakaian seksi.

Pecandu alkohol dan obat-obatan mengalami peningkatan hormon dopamin di otaknya dalam jumlah yang sangat berlebih. Begitu pula otak pria saat melihat perempuan berpakaian seksi.

Meski hormon dopamin adalah hormon baik yang bisa menenangkan pikiran, membuat rasa nyaman dan bahagia, namun kelebihan hormon itu juga ternyata tidak baik untuk kesehatan karena tubuh akan terus memintanya lagi dan lagi (kecanduan). (Detik Health, 25/2/2010)

Karena itulah ungkapan 'tubuhku adalah otoritasku', bahwa cara berpakaian seseorang itu tergantung kepada pandangan dan budaya masing-masing, sejatinya itu adalah alasan yang lahir dari pemahaman liberal untuk membenarkan pakaian seksi yang mereka kenakan. Mereka tidak berfikir bahwa orang lain juga merasa terganggu dengan pemandangan tersebut. Mereka tidak berfikir, bahwa pakaian seksi dan reaksi otak laki-laki saling berkaitan satu sama lain.

Maka, tidak aneh jika kasus pelecehan seksual di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Dilansir dari Tribunnews.com (23/7/2020) Komisi Nasional (Komnas) Perempuan mencatat terdapat 46.698 kasus pelecehan seksual terhadap perempuan di ranah publik maupun personal dalam kurun waktu 2011 sampai 2019.

Inilah kebobrokan moral yang dihasilkan oleh sistem buatan manusia, yaitu Demokrasi-Kapitalisme. Demokrasi mengusung ide-ide kebebasan dalam setiap aktivitasnya dan salah satunya adalah kebebasan berperilaku.

Kebebasan ini mengajak umat manusia untuk lepas dari segala macam bentuk ikatan dan melepaskan diri dari setiap nilai kerohanian, akhlak dan kemanusiaan. Kebebasan inilah yang telah memporak-porandakan keluarga dan membubarkan institusi keluarga.

Kebebasan ini juga telah menimbulkan kebinasaan dan menghalalkan apa yang Allah haramkan. Kebebasan ini yang telah mengantarkan masyarakat Barat menjadi "masyarakat binatang" yang sangat memalukan karena bejatnya moral individu-individunya sampai kepada derajat yang paling hina daripada binatang ternak.

Seperti yang tertuang dalam firman Allah SWT berikut, "Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (QS. Al-A'raf (7) : 179)

Kebebasan berperilaku menetapkan setiap individunya berhak untuk berbuat apa saja sesuai dengan kehendaknya; sebebas-bebasnya tanpa ada larangan dari pihak manapun, baik dari negara atau pun dari pihak yang lainnya. Ia tidak peduli terhadap kerusakan yang sudah ia perbuat.

Dari ide ini, seseorang bebas untuk melakukan perzinahan, homoseksual, lesbianisme, ketelanjangan, meminum khamr, dan perbuatan haram apa saja—walaupun sangat hina— dengan sebebas-bebasnya. Tanpa ada batasan, tekanan, atau bahkan paksaan.

Hal ini sangat bertentangan dengan syariat Islam. Islam tidak mengenal kebebasan berperilaku, karena standar umat Islam dalam berperilaku adalah hukum syara' (syariat Islam). Umat Islam haram untuk melakukan perbuatan yang Allah haramkan.

Dalam hal berpakaian, Allah SWT telah memerintah wanita muslim untuk menutup aurat secara sempurna. Allah SWT berfirman di dalam QS. Al-Ahzab (33) : 59,
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."

Di samping itu, Allah SWT pun menurunkan kewajiban kepada laki-laki muslim untuk menundukkan pandangannya,
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nur (24) : 30)

Ini menjadi bukti akan Maha Adilnya Allah SWT kepada hamba-hambaNya. Di satu sisi Allah SWT memerintahkan kepada hambaNya yang perempuan untuk menutup aurat mereka, di sisi lain Allah SWT pun memerintahkan kepada hambaNya yang laki-laki untuk menundukkan pandangannya.

Menutup aurat secara sempurna dan menundukkan pandangan keduanya menjadi hijab untuk melindungi Iffah (kehormatan) dan Izzah (kesucian) wanita dan laki-laki muslim. Dengan kata lain, wanita dan laki-laki muslim saling bekerjasama untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan yang akan merugikan keduanya.

Begitulah adanya, aturan Islam dibuat oleh Allah SWT secara sempurna bukan tanpa maksud. Islam nyatanya mampu memuliakan dan menyelamatkan seluruh umat manusia jika diterapkan secara sempurna dalam segala aspek kehidupan.

Dahulu ketika Islam berkuasa, Islam sangat memuliakan wanita. Pada zaman Rasulullah Saw, umat Islam pernah memerangi Yahudi dari Bani Qainuqa karena melecehkan seorang wanita yang ujung jilbabnya sengaja diikatkan, dan ketika wanita itu bangkit, auratnya seketika itu juga tersingkap.

Atau khalifah Al-Mu'tashim Billah dari Kekhilafahan Bani Abbasiyah yang mengerahkan tentaranya berangkat dari Baghdad (Irak) menuju Amuriyyah (Turki) untuk memenuhi seruan seorang wanita muslim yang dilecehkan oleh tentara Romawi.

Namun, yang terjadi sekarang adalah wanita tidak harus menunggu dilecehkan. Dengan berpakaian seksi di ruang publik sesungguhnya ia telah melecehkan dirinya sendiri, merendahkan harkat dan martabatnya sendiri. Jelas, ini adalah polusi yang membuat mata menjadi sakit dan membuat hati menjadi miris. Hal ini pun semakin memperjelas bahwa kita membutuhkan aturan yang mampu memuliakan setiap individu, aturan itu tak lain adalah Islam. Wallahu a'lam bish-shawab. (Red)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.