Pameran Online Kembang Kertas Sejagat Mewangi Nusantara: Kahayang Karetas


JABARBICARA.COM-- Bagi banyak seniman, kertas hanyalah media persiapan awal, sebuah media dasar untuk menyusun ide sebelum menerjemahkan ke kanvas atau media lainnya, tetapi bagi saya sebagai seniman kertas , kertas tidak hanya untuk konsep awal tetapi juga sebagai sarana untuk mencapai tujuan pencipataan karya seni itu sendiri.

Karakteristik kertas yang mudah ditulisi, mudah dicoret, rapuh, mudah sobek, mudah hancur, butuh perawatan khusus untuk keberlangsungannya dan pada ketebalan tertentu bisa memiliki fungsi yang berbeda seakan mewakili karakteristik manusia, kerapuhan manusia dalam menghadapi setiap perubahan kehidupan dan bagaimana manusia juga kadang mampu bertahan hidup dalam setiap tebal tipisnnya permasalahan, perjalanan kehidupan kadang ditorehkan dalam “ kertas kehidupan”, sehingga kertas menjadi seperti bentuk perekaman diri, perekaman ini dapat diwakili oleh medium lukis salah satu contohnya. (Setiawan Sabana, Lakon Kertas, 2019)

Perekaman ini akhirnya lahir dalam Karya-karya kertas saya, salah satunya “kahayang Karetas”. Karya ini mewakili perekaman diri dengan mengikuti keinginan dari sang kertas, setiap titik kerapuhannya dalam diolah menjadi karya mewakili setiap titik kerapuhan manusia, mewakili setiap keinginan untuk “hadir” dan hadir dalam kehidupan, mewakili sekelumit keinginan manusia dalam melakoni kehidupan ini.

Dalam mengolah karya, salah satu seniman yang terlibat dalam pameran Kembang Kertas sejagat Mewangi Nusantara yang dihelat oleh garasi seni 10, tampak salah satu seniman, Deborah Ram Mozes, melakukan berbagai pendekatan tehnik, dengan melakukan tehnik cutting pada kertas, sehingga didapatkan hasil dua dimensi yang dapat ditata ulang secara tiga dimensi, pengolahan karya kertas ini telah dimulai sejak di 2018 saat membuat penciptaan karya untuk penyelesaian tesis. Karya kertas kali ini mengambil dimensi yang lebih kecil tetapi keuntungan dari kertas bahwa karya kertas dapat bertumbuh sesuai dengan luas, tinggi, lebar ruangan yang akan dipakai sebagai ruang pameran.

“Gaya drawing dengan mengangkat banyak motif ornamen menjadi salah satu ciri yang saya tonjolkan, terinspirasi oleh lukisan kamasan dari Bali, lukisan gaya batuan yang juga dari bali, motif batik, seni ukir dari berbagai daerah menjadikan karya saya akan kental akan bentuk ornamnetal dan figuratifnya”, demikian paparnya.

Karya-karya ini ditampilkan dalam pameran daring Kembang Kertas Sejagat Mewangi Nusantara dari tanggal 26 September Hingga 16 Oktober 2020 dengan melibatkan kurator-kurator handal yaitu : Citra Smara Dewi, Ira Adriati, dan Nuning Damayanti.

Karya Pertama yang diolah pada berbagai jenis kertas yang umum didapatkan di pasaran, digambarkan hanya dengan menggunakan pensil dengan tehnik arsiran, lalu di potong sehingga bentuk dari tiap figur benda dan manusia dapat ditata secara mandiri pada bidang tata. Karya kedua ini juga kental akan penggambaran ornamen diolah ulang sehingga ornamen tidak terlihat outdated. Karya kedua ini lebih menggambarkan kondisi kehidupan yang sangat individualistik, dimana peran setiap benda atau manusia harus bisa disesuaikan dengan dunia yang dipijaknya, kondisi ini begitu hitam putih merespon posisi perupa wanita yang selalu seakan dibenturkan pada kodrat gendernya sehingga tumbuh kembang perupa wanita mengalami pasang surut yang mengkhawatirkan., kehidupan dipenuhi oleh teknologi tetapi lebih rapuh dari sebelumnya.

Sosok wanita dan bunga sangat akrab dalam bebragai karya kesustraaan, musik, tari teater juga senirupa. Wanita sering dilambangkan dengan bentuk ornamen bunga dan dalam pandangan saya seakan menggambarkan kondisi wanita yang layu seiring waktu, seperti itu kondisi yang terjadi dalam tumbuh kembang perupa wanita Indonesia yang kadang layu sebelum berkembang atau bahkan berkembang tetapi di-layu-kan oleh kondisi.

Perupa wanita Indonesia seakan berjuang bergerak seiring kodratnya yang menuntut peranan ganda, dan betapa banyak perupa wanita harus merelakan mimpinya karena peran gandanya tidak lah seluwes yang diharapkan, apalagi untuk berjuang dalam dunia senirupa yang didominasi oleh gender lelaki. Kekuatiran ini begitu kuat melekat dalam pikiran Deborah, sehingga karya ini begitu bermakna buatnya secara pribadi. Karya ini memperlihatkan bentuk karya kertas yang dimasukkan ke dalam dunia virtual atau Jagat Rupa Atau ruang Semesta Rupa.

Kahayang Karetas
https://www.youtube.com/watch?v=5xBDtowznd0

karya ini memperlihatkan bagaimana medium kertas menjadi sebuah bentukan baru dari karya seni saat dimasukkan kedalam bentuk tiga dimensi.

Karya Kedua, adalah karya yang juga memiliki sentuhan dekoratif dituangkan dalam olahan kertas daur ulang. Karya dibuat dari daur ulang kertas dan kertas yang Deborah gunakan, tidak lain adalah seluruh kertas yang pernah ia gunakan semasa kuliahnya di ITB, seakan ia ingin melebur seluruh pengetahuannya baik lisan maupun tulisan dan pengalaman selama lulus kuliah masuk kedalam ruang inkubasi pencipataan karya dan dituangkan dalam karya dan menjadikan nya sebuah menggambarkan sosok yang nanar menatap langit, memasrahkan setiap sendi kehidupan yang lumpuh karena pandemi kehadapan Yang Maha Kuasa.

Pic.1
Kahayang karetas 2
Pic.2
Kahayang karetas 3
Pic.4
Kahayang karetas 5

Tiga kehendak manusia grow-learn-evolve atau tumbuh-belajar-berevolusi, berasal dari dua hal yaitu tekad dan Lampah, yang pada akhirnya akan menjadi satu saat ucap merangkum semua dan berhadapan dengan Sang Pencipta. Karya-karya kedua ini lahir setelah melewati masa inkubasi yang panjang selama ± 2 tahun, dimana akhirnya menemukan “kenyamana” dalam penciptaan karya dan penggayaan pada karya. (Art/Jb)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.