Strategi Mencegah Penyebaran Covid-19 Ala Kampung Cilimushideung


GARUT, JABARBICARA.COM-- Siaga perang, setidaknya kata itu yang menyergap suasana hati saya setelah berkunjung dan berdiskusi tentang Covid-19 di kampung Cilimushideung, Desa Cibunar Kecamatan Cibatu, Garut di malam minggu dingin gerimis itu, tiga minggu yang lalu.

Kampung Cilimushideung dengan jumlah warga sekitar 400 kepala keluarga. Enam puluh prosen warganya merantau di kota Jakarta dan Bandung yang sudah ditetapkan sebagai zona merah pendemik covid-19.

Suatu kecemasan yang semakin menguat melihat perkembangan penyebaran pendemik corona ini di Kabupaten Garut, yang sudah dinyatakan zona merah, sementara penanganan masih kurang akseleratif menyeluruh, juga kewaspadaan masyarakat yang biasa-biasa saja.

Adalah Kang Budi, seorang relawan tingkat kampung (tapi jauh tidak kampungan) yang masih sedikit diantara yang langka.

Melihat fakta penduduk kampungnya banyak yang bekerja di zona merah covid-19, maka ia dengan inisiatif kepeloporan dan swadananya mampu mengkonsolidasikan pemuda dan warga kampung Cilimushideung untuk siap waspada dalam pencegahan penyebaran virus ini. Inisiatif pergerakan ini sudah dimulainya pada pertengan bulan Maret yang lalu dan sampai sekarang semakin progres.

Bagi Kang Budi, pendemi ini suatu ancaman yang serius jika tidak siap menangkal dan menjinakannya. Suatu kesadaran yang langka bagi kebanyakan masyarakat saat ini. Tidak hanya mengancam keselamatan jiwa tetapi juga bawaan jangka lamanya dari pendemi ini yaitu soal kerawanan ekonomi (pangan) dan keamanan warga kampung, sesuatu yang sudah terfikirkan olehnya dari semula.

"Ibarat perang kita sedang diintai dan digerilya musuh, 'edas' dan 'ciloko' nya musuh kita ini tidak kelihatan, senyap namun mengepung, 'lantip tapi campuh', menyergap mematikan dan melumpuhkan sendi-sendi kehidupan sosial", ungkap Budi.

"Jika anda tahu musuh dan mengenali diri sendiri, anda tidak perlu takut hasil dari seratus pertempuran", tambah Kang Budi mengutip Art of War nya Sun Tzu.

Maka hal penting yang dilakukannya adalah menyebarkan informasi dan edukasi Covid-19 ini kepada seluruh warga kampung. Rumah kediamannya dijadikan markas pusat komando, koordinasi, update informasi pergerakan Covid-19 baik global-nasional-regional-lokal, edukasi dan perencanaan strategis 'perang gerilya panjang'.

Bersyukur Pemerintahan Desa Cibunar sekarang mendukung kepeloporannya dan bergerak berbarengan.

Berkabar tiga hari yang lalu, (23/04/2020), Budi sedang membuat sistem informasi melalui android, yang bisa melacak pergerakan warga kampungnya yang sedang berada di luar wilayah kampung.

"Dengan sistem informasi ini bisa di deteksi warga yang telah menginjakan kakinya di daerah zona merah. Dan ketika balik (bukan pulang) kampung langsung wajib mengikuti protap ODP, wajib isolasi", jelas Budi.

Selain sistem informasi dan deteksi warga, pihaknya bersama warga kampung Cilimushideung saat ini sedang mempersiapkan rencana usaha ketahanan pangan warga yang diperkirakan akan terasa dua hinga tiga bulan ke depan.

Budi juga menegaskan bahwa bulan puasa adalah bulan 'lockdown diri', imanan wahtisaban, diam dan menahan, mengurangi kegiatan keagamaan yang gebyar, menekan tinggi konsumsi.

"Para Mubaligh Ramadhan perlu menguatkan narasi puasa dan kepekaan sosial untuk solidaritas sosial menghadapi kerawanan pangan", papar Budi.

Budi juga menambahkan, "bukankah memberi makan sesama untuk berbuka sama dengan pahala berpuasa. Betapa sedekah menjadi salah satu tujuan berpuasa. Jika tujuan utamanya untuk meningkatkan takwa, dan salah satu ciri takwa itu 'wa mimmaa rozaknaahum yunfikuun?". (Asep Maher/Tisna)

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.