Hentikan Problem Tawuran dengan Pendidikan Islam


Oleh Nuni Toid
Pegiat Literasi dan Member AMK

JABARBICARA.COM-- Remaja adalah permata bangsa. Namun apa jadinya negeri ini, bila para remajanya menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tak berguna, bahkan sampai merusak masa depannya. Seperti belum lama ini, di daerah Semarang, tepatnya di Desa Asinan, Jalan Utama Bawen-Salatiga, ada delapan pelajar SMP yang akan melakukan aksi tawuran dengan membawa sejumlah senjata tajam (sajam), yaitu sejenis sabit dan sabuk gir sepeda motor. Namun aksi remaja tersebut berhasil digagalkan oleh anggota Satlantas Polres Semarang. (republika.co.id, 14/2/2022)

Di tempat yang berbeda, polisi juga berhasil menangkap tujuh anak remaja yang akan melakukan aksi tawuran secara live di akun instagramnya. Polisi pun mengamankan sejumlah senjata tajam yang dibawanya dalam aksi tersebut. (detiknews, 27/2/2022)

Melihat fakta di atas sungguh sangat memprihatinkan. Aksi tawuran semakin marak terjadi di kalangan remaja. Mereka melupakan jati dirinya sebagai seorang pelajar yang mestinya rajin belajar, mencari ilmu untuk bekal kehidupannya kelak. Mereka juga bersikap arogan dengan melakukan tindakan buruk saling berkelahi satu sama lain. Sampai menyebabkan luka fisik bahkan ada yang hingga sampai merenggut korban jiwa.

Mirisnya, budaya tawuran seolah sudah menjadi bagian dari diri sebagian para pelajar. Mereka merasa bangga bila dikatakan lebih keren, lebih hebat, memiliki status yang tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Maka lihatlah berbagai tindakan yang tak terpuji dilakukan kaum remaja. Hanya karena dipicu masalah sepele, seperti diejek, diolok-olok, ditegur orang lain, mereka tersinggung, marah, dan timbul perasaan dendam. Hingga puncaknya mereka melakukan tawuran antar kelompok.

Itulah fenomena yang sedang tren menghinggapi para remaja. Akibat pergaulan bebasnya, mereka merasa berhak melakukan perbuatan yang dikehendakinya. Padahal tindakannya itu jelas merugikan dirinya sendiri, membuat malu keluarganya, dan tentunya meresahkan masyarakat di sekitarnya. Mirisnya, kasus tawuran itu tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah, tapi sampai dilakukan di luar lingkungan sekolah. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), mencatat ada 17 kasus kekerasan yang melibatkan peserta didik dan guru sepanjang tahun 2021 (tempo.com, 29/12/2021).

Terus meningkatnya kasus tawuran serta menggunakan senjata tajam hingga memakan korban jiwa semestinya mendorong pemerintah untuk melaksanakan evaluasi. Bentuk evaluasi mendasar pada sistem pembangunan generasi, yaitu pendidikan di keluarga, sekolah, dan lingkungan.

Namun sayangnya, sekarang pendidikan yang ada di negeri ini tidak berorientasi pada keluhuran moral pelajar. Hal ini dapat diketahui dari penelitian yang dilakukan oleh Reckitt Benckiser Indonesia lewat mereka alat kontrasepsi Durex terhadap 500 remaja. 33 persen remaja pernah melakukan hubungan seks penetrasi, (liputan6.com, 19/7/2019). Begitulah mereka tidak memiliki budi pekerti yang luhur seperti yang diajarkan di sekolah-sekolah. Di antaranya sikap sopan-santun, andap asor, kasih sayang sesama teman, dan hormat, taat pada guru pun mulai luntur. Yang ada justru sebaliknya, sikap egois, menang sendiri, mudah tersinggung. Buktinya begitu mudahnya mereka tersulut api amarah hingga nekat tak mengenal rasa takut langsung melakukan aksi tawuran. Miris bukan?

Begitulah bila sistem pendidikan yang diterapkan di negeri ini masih berdasarkan sistem Sekularisme-liberal. Di mana sistem itu adalah aturan agama dipisahkan dari kehidupan. Akibatnya banyak remaja yang cerdas secara akademik, namun lemah dalam keimanan. Sekolah pun hanya mampu melahirkan generasi yang bermental duniawi, yakni penghasil kesenangan materi belaka. Mereka mengesampingkan tujuan pendidikan yang sebenarnya, yaitu mencetak generasi yang unggul dunia-akhirat. Apa itu? Tentu saja generasi yang taat pada agama, cerdas, dan mampu menjadi pemimpin yang amanah.

Ditambah dengan paham liberal yang semakin kuat mencengkeram para remaja. Seperti hedonis, bersenang-senang, pacaran, tidak malu-malu mengumbar aurat di depan umum. Maka lengkap sudah kerusakan yang menimpa para remaja saat ini.

Padahal sudah seharusnya negara melindungi para remaja sebagai tunas bangsa. Alih-alih memberikan pendidikan terbaik bagi para generasi, yang ada justru mereka sekadar dijadikan pencetak pundi-pundi harta untuk kepentingan para pengusaha dan kapitalis.

Oleh karena itu, alangkah indahnya bila tugas mendidik para remaja ini dilakukan secara bersinergi antara keluarga, lingkungan dan negara, tentunya mereka akan terjaga, terlindungi dari pengaruh yang buruk. Hingga terlahirlah generasi yang unggul dalam sains dan taat pada agamanya. Namun, sepertinya harapan itu tinggallah harapan, karena selama negara masih menerapkan sistem batil ini (sekuler-liberal), maka output untuk mencetak generasi unggul, seperti jauh dari aksi tawuran adalah sesuatu yang impossible.

Berbeda pendidikan dalam paradigma Islam. Islam sebagai agama yang paripurna, bukan hanya mengatur ibadah ritual saja, tapi Islam juga mengatur semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan.

Pendidikan dalam Islam merupakan usaha nyata dan berstruktur serta sistematis. Semua itu untuk menyukseskan misi penciptaan manusia sebagai hamba dan khalifah Allah Swt. di dunia ini. Adapun tujuan pendidikan dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang memiliki kepribadian Islam, menguasai pemikiran Islam dengan handal, menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan, ilmu teknologi), dan memiliki ketrampilan yang tepat guna dan berdaya guna.

Sedangkan dasar pendidikan Islam adalah akidah Islam. Dasar inilah yang berpengaruh dalam penerapan kurikulum pendidikan. Seperti sistem belajar mengajar, kualifikasi pengajar, pengembangan budaya, dan interaksi semua penyelenggara pendidikan.

Pendidikan dalam Islam memadukan tiga peranan yang sangat penting untuk melahirkan generasi sebagai aset bangsa. Di antaranya:

Pertama, keluarga. Dalam keluarga, Islam memerintahkan kepada orangtua untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan syariat Islam, yakni dengan ketakwaan. Anak-anak dididik sejak masih kecil untuk mengenali dirinya sebagai hamba Allah. Sehingga selama hidupnya, mereka akan sadar, bahwa dirinya adalah seorang mukallaf (orang yang sudah dikenai hukum) yang harus terikat dengan syariat Islam. Allah Swt. berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6, yang artinya: "Pelihara diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka."

Bukan hanya menaati syariat-Nya, Islam juga memerintahkan kepada keluarga untuk mendidik anak-anaknya dengan life skill, kemandirian, dan berdakwah. Semua kemampuannya itu akan membantu mereka kelak agar bisa bertahan hidup dalam situasi apapun. Termasuk mampu mengatasi berbagai permasalahan. Baik masalah pribadi maupun masalah masyarakat berdasarkan aturan Islam.

Kedua, masyarakat. Islam memerintahkan agar kehidupan bermasyarakat senantiasa dalam kondisi yang saling tolong menolong, beramar makruf nahi mungkar. Sehingga terciptalah suasana dengan penuh keimanan. Hal itu akan berdampak baik pada kehidupan para remaja. Karena mereka adalah peniru ulung, bila masyarakatnya baik, maka remaja pun akan terbawa baik. Begitupun peran pendidikan di lingkungan sekolahnya akan melahirkan generasi yang baik dari sisi kepribadian ataupun dari penguasaan ilmu pengetahuan. Maka perannya di tengah-tengah masyarakat akan dirasakan, baik dalam menegakkan kebenaran maupun menerapkan ilmunya.

Ketiga, negara. Dalam hal ini negara wajib menyediakan pendidikan yang berbasis akidah Islam. Maka dari lembaga tersebut akan terlahir generasi yang memiliki kepribadian Islam (syakhsiyah Islam), yaitu pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan ajaran Islam.

Demikianlah pendidikan dalam Islam telah terbukti mampu mencetak generasi yang saleh-salehah, cerdas, dan tangguh, paham dalam ilmu agama dan dunia. Oleh karena itu, bila ingin memiliki generasi remaja yang hebat, tangguh, cerdas, dan taat kepada aturan agamanya, solusinya hanya satu, terapkan Islam dalam setiap aspek kehidupan, tak terkecuali dalam pendidikan. Maka segala bentuk kenakalan remaja, seperti tawuran akan mampu dihentikan oleh Islam.

Wallahu a'lam bish shawab.

Isi Artikel diluar tanggungjawab Redaksi Jabarbicara.com

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.