Konflik Sosial Terjadi di Saat Wabah Pandemi


Oleh : Anis, Ibu Rumah Tangga, Butul - Ciparay Kab. Bandung.

JABARBICARA.COM-- Viral video aksi kekerasan yang dilakukan masyarakat Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen Tobasa, Sumatra Utara terhadap seorang penderita Covid-19. Pasalnya, ia menolak isolasi mandiri (isoman) di tempat yang disediakan masyarakat dan berusaha pulang untuk isoman di rumahnya. Juga viral video kekerasan dan peristiwa penusukan seorang perawat di RSUD Ambarawa, Kabupaten Semarang. Pelakunya tak lain adalah keluarga pasien Covid-19. Mereka marah karena pasien yang dibawanya ke rumah sakit dalam kondisi sangat buruk akan dimasukkan ke ruang isolasi.

Peristiwa di atas hanya sebagian kecil kasus kekerasan yang kian marak terjadi di tengah kian merebaknya wabah Covid-19. Wabah ternyata tak hanya membuat sistem kesehatan dan ekonomi negara kolaps. Tetapi berpengaruh pula terhadap aspek psikososial masyarakat, baik yang menimpa penderita covid-19, para tenaga kesehatan (nakes), maupun petugas pemakaman. Minimnya pengetahuan masyarakat dan menguatnya tekanan akibat kondisi ekonomi yang makin memburuk, membuat stres sosial tampak makin merebak. Yang membuat miris, mereka yang semestinya di-support karena telah berjibaku di garda terdepan perang melawan wabah, justru turut menjadi korban keadaan. Para nakes dan petugas pemakaman misalnya, makin kerap mengalami kekerasan, mulai dari kekerasan verbal, psikologis, hingga fisik. Sebenarnya mereka pun merupakan korban kelalaian penguasa. Hal ini terjadi karena masyarakat sudah tidak percaya pada kebijakan negara.

Salah satu tandanya adalah emosi yang gampang tersulut, munculnya sikap egois dan tidak mau peduli dengan keadaan, serta kepentingan yang lebih besar. Selain itu, muncul pula suasana saling curiga, serta berbagai gejala psikososial yang membuat kondisi masyarakat makin tidak sehat. Akibat dari kondisi ini, wabah yang semestinya bisa dihadapi dan diselesaikan secara bersama-sama antara rakyat dan penguasa. akhirnya kian tak bisa dikendalikan. Bahkan, masyarakat cenderung mengambil tindakan sendiri-sendiri, yang membuat wabah makin sulit diatasi.

Rezim penguasa benar-benar tak malu, lempar batu sembunyi tangan saat wabah makin tak bisa dicegah, berbagai kebijakan salah kaprah pun justru diambil pemerintah. Mereka sibuk bermain istilah, demi membangun citra bahwa mereka sedang serius memecahkan masalah. Padahal yang terjadi adalah mereka sibuk menyelamatkan perekonomian.

Dalam Islam, kepemimpinan sangat lekat dengan dimensi ruhiyah. Pemimpin adalah amanah Allah SWT yang pertanggungjawabannya sangat berat diakhirat. Pemimpin adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.

Oleh karenanya, hubungan yang dibangun antara penguasa dan rakyat dalam Islam adalah hubungan gembala dengan penggembalaannya. Atau seperti hubungan bapak dengan anak-anaknya. Sehingga, penguasa dalam Islam akan selalu memastikan rakyatnya terpenuhi kesejahteraannya dan terjaga dari segala mara bahaya. Tak hanya dengan pendekatan komunal, tapi benar-benar per individual. Sejarah membuktikan, saat kepemimpinan Islam tegak, masyarakat Islam hidup dalam kebahagiaan. Kelemahan dan penyimpangan yang terjadi di sebagian fase sejarah umat Islam, tak bisa menafikan kenyataan bahwa penerapan sistem ini telah membawa umat pada ketinggian peradaban yang tak pernah mampu dicapai oleh sistem kepemimpinan yang lainnya.
Selama belasan abad, masyarakat Islam mampu menjadi mercusuar peradaban dunia. Mereka hidup sejahtera dalam naungan Islam. Kalaupun ada masa-masa sulit yang terjadi, kondisi sulit seperti wabah atau paceklik bukanlah sesuatu yang tak pernah dialami umat Islam. Bahkan, umat Islam pernah ditimpa wabah Tha’un yang lebih mematikan. mereka mampu melaluinya dengan ujung kebahagiaan. Hal ini dikarenakan, penguasa benar-benar bertanggung jawab atas rakyatnya. Mereka selalu siap menyertai rakyat dalam situasi mudah maupun sulit. Di saat sulit, mereka selalu siap menerapkan kebijakan yang tepat sesuai tuntunan syariat.

Walhasil, apa yang terjadi hari ini semestinya menjadi pembelajaran penting bagi seluruh umat Islam. Bahwa kondisi buruk yang terus mereka hadapi tak akan berubah jika mereka tetap menerapkan sistem rusak dan tak berkah ini. Semua itu bisa diwujudkan melalui penerapan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Sebab, syariat Islam bukan syariat bagi kepentingan satu golongan, melainkan jalan kebahagiaan yang dibuat Sang Maha Pencipta untuk mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. Harapan masa depan mereka tak lain hanya pada sistem Islam. Karena kepemimpinan Islam tegak di atas akidah yang sahih dan lurus. Sementara syariat yang diterapkannya mampu memecahkan seluruh problem kehidupan dengan solusi yang benar, sehingga mengundang ketenteraman sekaligus keberkahan.
Wallahu a'lam bish shawab.

Isi tulisan diluar tanggungjawab redaksi

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.